Dua puluh lima

477 8 0
                                    

Hari hari belakangan ini di penuhi dengan kebahagiaan apalagi Arista ia merasa sangat sangat bersyukur atas apa yang terjadi ia sekarang mendapatkan kebahagiaan yang selama ini hanya ia angan angan saja.

"Bun, gimana kalo kita pindah aja?"

"Pindah? kemana?"

"Ke rumah yang lebih besar, apalagi sebentar lagi adek kuliah harus cari rumah yang lumayan deket sama kampus"

"Iya ya mas, nanti deh di omongin sama anak anak"

"Bun adek hari ini ga bawa bekal ya"

Kata Zia keluar dari kamar nya dengan setelan seragam sekolah nya.

"Loh deh, ini udah bunda siapin, kenapa gak mau bawa?"

"Nanti siang adek mau makan bareng bareng sama temen temen"

"Yah gitu ya" kata Arista sedih karena sudah dari pagi ia menyiapkan nya.

"Mas bawa aja bun"

"Beneran"

"Iya"

"Papaa" kata Zia dengan nada manja.

"Kenapa dek"

"Mau uang saku dong paaa"

"Loh kemarin udah papa kasih 2 ratus ribu"

"Nanti kan adek mau makan di luar sama temen temen"

Naka merogoh saku nya dan membuka dompet nya mengeluarkan uang dua ratus ribu dan ia berikan ke Zia.

"Makasih banyak paaa"

"Jangan boros boros lah dek" kata Arista.

"Iya bun hihi"

"Awas aja kalau besok minta papa lagi"

"Iya bundaaa"

"Abang sarapan dulu nak"

"Iya pa, dek waktu kamu beres beres kamar abang naro dasi hitam abang di mana?"

"Dasi hitam?"

"Iya, adek taro mana"

Zia tampak berfikir ia lupa menaruh nya dimana.

"Maaf bang adek lupa"

"Loh gimana si dek, abang mau pake loh ini"

"Di inget inget"

"Bener bang adek lupa"

"Di inget inget sambil di cariin dek" kata Arista.

Zia berdiri menuju kamar abang nya ia membuka satu satu lemari maupun laci .

"Ibunn, bantuin adek" teriaknya.

Arista menghampiri Zia "Adek terakhir taro di mana sayang"

"Di laci biasanya bun"

"Cari pelan pelan"

"Bun adek keburu ke sekolah"

"Gitu ya, bang make yang lain aja ya? dasi nya belum ketemu, pake yang biru dongker ini ya? sama sama gelap warna nya"

"Adek lain kali jangan beberes di kamar abang kalo ngilangin dasi abang!"

"Maaf bang, adek teledor"

"Iya emang!"

"Make yang ada aja bang, sama aja"

"Siniin bun"

Arista memberikan dasi itu Bumi melenggang pergi dan memasang dasi nya di depan kaca.

Satu hati dua wanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang