Enam belas

573 8 0
                                    

Setelah kejadian tersebut Bella membatasi dirinya dengan Bumi dan kedua sahabatnya ia lebih sering membaca buku di kelas dan keluar hanya sesekali.

Bumi masih tetap dengan sikap dinginnya akhir-akhir ini Arkan dan Dean dibuat bingung dengan sifat kedua temannya itu Ada apa sebenarnya fikir mereka.

"Bum, ke kantin ayo"

"Ga dulu"

"Sebenernya kalian ini kenapa si, akhir akhir ini diem diem an, berantem lo berdua?"

"Jangan berisik Ar"

Bella mendengarkan tiga orang itu berbicara Bella semakin merasa bersalah kepada Bumi ia pikir Bumi terbebani dengan pengakuannya beberapa hari lalu ia jadi merasa sangat bersalah.

Setelah mengatakan itu Arkan dan Dean pun pergi menuju kantin tak lama setelahnya bumi ikut keluar dan menuju lapangan basket.

Di tengah asyiknya bermain basket tiba-tiba ada salah satu siswa memberitahunya bahwa ada yang mencarinya di gerbang depan jadi tanpa pikir panjang Bumi pun menghampirinya ke depan.

"Pasti Zia lagi"

"Kenapa lagi de-"

Bumi menyadari itu Naka, setelah melihat itu, Bumi langsung membalikkan badannya dan hendak pergi namun dengan cepat Naka mencekal pergelangan itu.

"Bumi.... "

Bumi menoleh "Tolong jangan ganggu saya dan bunda saya, saya sudah cukup menderita"

"Bukan bukan itu maksud papa"

"Duduk dulu di sini"

Mereka duduk di salah satu kursi di sana.

"Bumi maaf kan papa ya atas apa yang telah papa perbuat dulu"

"Papa tau kesalahan papa gak segampang itu untuk di maafkan, tapi papa mau memperbaiki semua nya dari awal kita bikin lembaran baru dengan bunda kamu dan adek Zia"

"Saya menolak, untuk kembali bersama"

"Tak apa mungkin itu sekarang, tapi nanti papa yakinin kamu sama bunda mu, papa mau memperbaiki kesalahan papa nak"

"Maaf kan papa ya"

"Istri om kemana?"

"Kita udah cerai beberapa tahun lalu"

"Dia yang ngebuat papa hancur nak, dia korupsi uang perusahaan dengan pacarnya dan Felix.... dia bukan anak papa"

"Dan setelah om di sakiti oleh pilihan om, sekarang dengan seenaknya om mau kembali sama bunda?"

"Bukan begitu Bumi.... papa belum. bercerai sama bunda mu, papa mau memperbaiki lagi nak, tolong bantu papa"

"Hah, di kira gampang hidup tanpa seorang papa, susah om, aku sama bunda hidup tak tau arah aku menahan sakit agar bunda tak mengeluarkan obat, uang bunda sangat tidak cukup dulu karena di buat membangun toko"

"Saat lahirnya Zia, bunda tidak ke rumah sakit, ia melahirkan di rumah dengan di bantu tetangga, karena apa? karena tidak punya uang untuk ke rumah sakit"

"Bunda mati mati an cari uang setelah lahiran karena uang dari toko saja tidak cukup untuk makan, sekolah ku, susu dan pempers adek"

"Kami sangat sangat menderita, aku setiap malam merindukan sosok ayah, yaitu diri mu, aku melihat bunda menangis tiap malam memandang foto mu"

"Maaf kan papa Bumi, papa gak tau keberadaan kalian waktu itu"

"Bukan kah om kaya? om bisa menyuruh orang untuk mencari kami"

Satu hati dua wanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang