Tiga puluh dua

332 7 0
                                    

Hari ini hari di mana kedua insan yang sedang di mabuk cinta itu akan melaksanakan pernikahannya acara di lakukan begitu mewah dan megah banyak kolega kolega atau kerabat penting yang di undang oleh Bumi maupun Naka.

Acara berjalan lancar dari pagi hingga malam.

"Suppo bro"

"Kenapa baru sampai, lo ga liat tadi gue pas ucapin ijab kobul"

"Maap lah kita tadi ada urusan mendesak"

"Hai Bell"

"Haii juga kak Dean dan kak Arkan"

"Akhirnya ya sekarang kalian di satukan sedari jaman sma cuma malu malu kucing sekarang malah udah jadi suami istri aja"

"Samawa buat kalian berdua semoga bersama sama terus hingga maut memisahkan"

"Makaih ya Ar"

"Siap siap ntar malem lo nyodok"

"Shuttt, privasi" kata Bumi menanggapi ucapan Dean.

"Sama ya Bell, jangan lupa ntar kasi salep"

"Heh! jangan biacara aneh aneh lo, pergi sana lo" usir Bumi kepada sahabatnya.

Kedua temannya hanya nyengir kuda dan duduk di salah satu kursi di sana dengan meneguk minuman yang sudah tersedia.

"Salep apa kak?"

"Udah jangan di inget inget, mereka gak jelas"

Bella hanya mengangguk.

"Dek? main hp mulu dari tadi, ini pernikahan abang loh"

Zia menatap papa nya sekilas dan memasukkan hp nya ke dalam tas nya.

"Adek kenapa, dari tadi keliatan murung banget" tanya nya lagi.

"Gapapa pa, adek ke toilet dulu"

Naka mengode istrinya, "Adek kenapa"

"Gaktau mas, diem udah nanti aja di rumah kita tanyain"

Di kamar mandi.

"Boleh kah aku egois?"

"Aku gamau kehilangan abang, pasti nanti abang lupain adek" kata nya sedih.

Ia duduk di bilik kamar mandi di atas toilet yang tertutup.

"Abang nanti pasti sibuk sama keluarganya abang pasti lupa sama adek"

"Mungkin sekarang adek belum terima, adek akan coba terima pelan pelan"

"Hati adek berat untuk melepaskan abang"

"Tapi abang udah cinta sama kak Bella, adek gabisa buat apa apa lagi"

Zia pun keluar membasuh tangan nya dan segera kembali ke depan.

"Adek! sini kita foto dulu!" teriak bundanya.

Zia mendekat berdiri di sembarang tempat.

"Adek di sebelah abang sini"

"Ga bang, disini aja"

"Adek, pernikahan abang hanya satu kali seumur hidup"

Zia menghela nafasnya ia berpindah posisi di dekat abang nya.

Zia ingin sekali berbicara jujur apa yang ia rasakan tapi sebisc mungkin ia menahan.

"Foto bertiga dulu bun, adek di tengah"

Zia hanya menurut saja.

"Maaf adeknya senyum jangan di tekuk hasil nya akan jelek" kata mas mas foto grafer.

Satu hati dua wanita [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang