28. Tak Berjarak (2)

87 15 0
                                    

Vano bisa mencium aroma sabun mandi yang masih menempel dengan kulit sang istri. Dia ingin membiarkan lelahnya hilang, dengan berdekatan dengan Stephanie untuk beberapa menit saja. Namun, Stephanie memintanya untuk melepaskan pelukan, dan Vano sendiri enggan untuk melakukannya.

Stephanie berkata, "Vano, aku sedang memasak. Jangan ganggu aku. Kau ingin aku pukul pakai panci?"

"Biarkan seperti ini, lima menit saja," ucap Vano.

Stephanie merotasikan matanya. Padahal dia sedang sibuk memasak untuk makan malam. Namun, suaminya ini malah menempel dari belakang. Jelas saja, Stephanie kesal. Wanita itu benar-benar mengambil panci kemudian menyodorkannya ke samping. "Kau serius, masih mau menempeliku?"

Vano tersenyum melihat panci yang disodorkan Stephanie. "Baiklah. Aku akan melepasmu, tapi nanti... jangan kabur. Aku ingin memberimu sedikit hadiah."

Stephanie tak peduli pada hadiah yang akan diberikan Vano. Fokusnya saat ini tertuju pada masakan yang saat ini tengah dia buat. Hal itu membuat Vano menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia kemudian berbalik, dan membiarkan Stephanie memasak makanannya sendiri.

"Dia fokus sekali memasak. Padahal aku pikir, dia dulu hanyalah wanita manja yang senang mengomel," ungkap Vano sembari tertawa kecil. Vano duduk di kursi, sembari menunggu Stephanie selesai memasak. Pria itu menangkup sebelah pipinya, kemudian menyangganya dengan tangan kanan.

Dilihat dari belakang saja, Stephanie sangat fokus dalam memasak. Wanita itu kembali menyenandungkan lagunya, sembari memasukkan beberapa bahan penyedap. Dia tidak peduli dengan Vano. Seolah-olah, ketika memasak Stephanie masuk ke dunianya sendiri. Di mana hanya ada Stephanie dan bahan-bahan untuk dimasak lainnya.

Keseriusan Stephanie dalam memasak membuat Vano terdiam beberapa saat. Padahal, dia menikahi dan menjadi pemilik Stephanie, hanya karena keinginannya untuk mengalahkan Glen. Namun, ternyata? Lambat laun, Stephanie berhasil membuat Vano semakin mengagumi wanita itu. Meskipun Stephanie bawel dan sangat susah untuk diatur.

Namun, entah kenapa, di balik senyuman dan nyanyian Stephanie, dia selalu berhasil membuat Vano terkesan. Padahal, banyak artis yang bisa memberikan Vano kebahagiaan. Akan tetapi Stephanie? Entah kenapa, Stephanie menarik perhatian Vano lebih dari siapa pun.

Setelah memasak Stephanie menyajikan makanan di atas meja. Wanita itu tak mempedulikan Vano, dan mengerjakan pekerjaannya tanpa satu kesalahan pun. Kemudian, Stephanie mencuci tangannya, dan berkata kepada Vano, "Sekarang, jangan membeli makanan dari luar lagi. Kita memiliki banyak bahan makanan, jadi aku akan memasaknya saja."

Vano mengangguk sembari tersenyum. Dia berkata, "Sepertinya kau memang sudah menerima hidup sebagai istriku."

Stephanie tak mengelak karena dia tak bisa mengelak. Semua perkataan sang ibu tertanam jelas di dalam otaknya. Oleh karena itu, dia memberitahu, "Lalu? Aku harus bagaimana lagi? Sudah jelas, jika semuanya sudah terjadi. Aku hanya menjalankan peranku saja."

"Bagus," kata Vano. Setelah itu Vano akhirnya menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia melihat Stephanie bersiap duduk dan makan malam bersamanya. Namun, sebelum itu terjadi, Vano berkata, "Stephanie, apa kau begitu senang bekerja bersama dengan Glen?"

Stephanie langsung berkata, "Tentu saja! Dia adalah sutradara favorit ibuku! Semua karyanya sukses, dan aku mengaguminya! Dia juga baik dan ramah."

Ketika mengatakan hal itu, Stephanie merasakan pipinya memanas. Bersamaan dengan Vano yang bertanya, "Kalau begitu, apa kau juga akan senang jika menikah dengan pria itu?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang