17. Menghindari Cerai (2)

127 18 0
                                    

Sekali lagi, Stephanie dibuat luluh oleh perlakuan ibunya Vano. Wanita itu begitu tulus menyayanginya, padahal Stephanie saat ini ingin mengakhiri hubungannya dengan Vano. Stephanie bergumam, "Aku terlalu egois, sampai tak memperhatikan perasaan semua orang. Tak ada satu orang pun, di antara keluarga kami yang menentang pernikahan ini. Mereka ingin kami bersama, hanya aku saja yang tak bisa menerima kebohongan Vano, dan ingin segera terlepas dari pernikahan ini!"

"Lalu di sisi lain, ada jiwaku yang tanpa tahu malu mulai merasa nyaman dengan perlakuan Vano. Aku harus bagaimana? Terlebih lagi, pria itu sudah mengambil haknya sebagai seorang suami. Tak ada lagi hal yang istimewa dariku," jelas Stephanie.

Pada akhirnya Stephanie kembali melaksanakan tugasnya untuk memasak sarapan. Wanita itu tak berhenti memikirkan nasib hidupnya sendiri, sampai dia tak sengaja melukai jari telunjuknya dengan pisau dapur. Spontan, Stephanie terkejut dan meringis. Dia berhasil membuat perhatian ibu Vano tertuju padanya, dengan mata memelotot. "Stephanie! Kau terluka? Coba ibu lihat lukanya."

Stephanie tersenyum kikuk, menyembunyikan rasa sakitnya sendiri. Dia kemudian berkata, "Tidak apa-apa, Bu. Ini hanya luka kecil. Ibu tidak perlu khawatir segala."

"Tidak perlu khawatir? Bagaimana bisa ibu tidak khawatir. Lebih baik, kita obati dirimu dulu," saran wanita itu.

Stephanie tak bisa menolak tawaran ibunya Vano. Namun, ketika Stephanie ingin diobati, tiba-tiba Vano yang berniat pergi ke ruang tamu langsung melirik ke arah Stephanie dan sang Ibu. Dia bertanya, "Ada apa ini, Bu?"

Ibunya Vano menunjukkan jemari Stephanie yang terluka. Dia kemudian meminta, "Kemari Vano! Bantu Stephanie mengobati lukanya. Ibu takut, luka ini mengganggunya sebagai artis! Terlebih lagi, Stephanie harus menjadi model iklan untuk pemotretan berikutnya, bukan?"

Vano langsung berjalan ke arah Stephanie. Sementara Stephanie sendiri malah memelototkan mata. Dia berusaha untuk menolak tawaran ibunya Vano, tapi sekarang dia bahkan harus diobati suaminya. Stephanie menolak, "Ibu, aku bisa mengobati luka ini sendiri. Ini hanya luka kecil, ibu tak perlu khawatir."

Ibunya Vano berdiri dari kursi, kemudian memberikan kotak obat pada anaknya. Dia menatap Stephanie dengan senyum di wajah, setelah itu dia berkata, "Ibu akan lanjut memasak. Kau jangan pernah masuk ke dapur, sebelum tanganmu diobati."

Lagi-lagi Stephanie akhirnya menurut. Lagi pula ini untuk kebaikannya sendiri. Wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain, dengan jemari tangan yang terulur menerima tawaran Vano di sampingnya. Sembari membersihkan dar*h yang mengalir ke pangkal jari, Vano berkata, "Seorang ahli memasak sepertimu melukai dirimu sendiri. Aku tebak, kau pasti melamun, bukan?"

Stephanie memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia kemudian menjawab, dengan wajah ketus, "Bukan urusanmu."

"Aku tahu, jika kau masih marah denganku. Tapi Stephanie, bersikap ketus, apalagi menghindariku, bukanlah salah satu pemecahan masalah yang baik. Jika ada satu hal yang bisa membuatmu tak marah lagi padaku, coba katakan baik-baik. Kita diskusikan," jelas Vano.

Stephanie terdiam beberapa saat. Dia kemudian melirik ke arah Vano, dan menguji, "Kalau begitu, bagaimana dengan perceraian?"

Stephanie tahu, perceraian tak akan menjadi pilihan Vano. Karena dia sendiri, masih bingung memperbaiki semua kekacauan yang sudah dia buat sendiri. Jika saja Stephanie tidak melampiaskan amarahnya di b*r, jika saja Stephanie tidak mabuk, jika saja Stephanie tidak mencari gara-gara dengan Vano, atau bahkan jika saja Stephanie tidak terhipnotis ucapan Vano. Mungkin semua hal ini tidak akan terjadi.

Vano jelas menolak usulan Stephanie, dengan satu kata saja. "Tidak."

Setelah berhasil membalut luka Stephanie, dia kemudian mengarahkan jari jemari Stephanie ke depan bibirnya. Dia mendekatkan jemari Stephanie, terus mendekat sampai menempel tepat di bibir Vano. Vano mencium lembut balutan luka itu, dan menatap langsung ke arah Stephanie. "Apa pun yang membuatmu bahagia, akan aku penuhi. Kecuali, perceraian."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang