34. Terungkap (1)

83 18 0
                                    

Stephanie mengumpat, "B*jingan! M*ti saja kau penipu!"

Padahal Stephanie sudah berniat untuk memberikan sepenuh hatinya kepada Vano. Namun, pria itu menikahinya bukan hanya karena berbohong tentang bermalam bersama saja. Dia bahkan menggunakan Stephanie sebagai tolok ukur kekuasaannya bersama Glen.

Kenapa Stephanie yang harus menjadi objek taruhan mereka? Stephanie hanya digunakan sebagai alat pengukur kekuasaan, dengan kesombongan yang begitu tinggi. Hal itu jelas membuat Stephanie mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia hampir melempar satu sepatunya lagi, akan tetapi Stephanie terlalu malas untuk melemparnya.

Tanpa banyak berkata-kata, atau memancing keributan lebih banyak lagi, Stephanie akhirnya melarikan diri. Dia tak mau, ada orang yang tahu masalahnya bersama dengan Vano. Apalagi sampai merekam video dan membagikannya ke internet. Oleh karena itu, dibanding memancing keributan Stephanie lebih memilih untuk pergi melarikan diri.

"Padahal, Ibu dan Selena sangat baik padaku. Tapi Vano? Pria angkuh itu tak memiliki perasaan. Dia tak pantas kucintai. Dan si*lnya lagi, aku terlanjur mencintainya," gumam Stephanie.

Stephanie berlari tanpa menggunakan alas kaki. Dia mencari tempat sepi untuk bersembunyi dari Vano. Sejujurnya, karena salah mengira tentang Vano, terlanjur membuat Stephanie merasa malu pada dirinya sendiri. Dia pikir, Vano melakukan semuanya karena dia memang diam-diam menyukai Stephanie. Tapi ternyata? Semua itu hanya hayalan Stephanie semata.

"Stephanie!" teriak Vano.

Di antara air hujan yang membasahi dunia, Vano melihat Stephanie menerobos dan berlari terus ke depan. Pria itu berusaha untuk mengejar Stephanie, meskipun Glen menertawakannya di belakang.

Glen tersenyum, sembari menjulurkan telapak tangannya di depan. Dia merasakan tetesan air hujan ke tangan, kemudian berucap, "Hujan begitu lebat, dan kedua pasutri itu malah berlarian di antara hujan seperti ini."

"Kekuasaan sudah membutakan mata Vano. Dia bahkan sampai tak sadar, jika dia mulai mencintai istrinya. Jika dia hanya menjadikan Stephanie sebagai bahan taruhan saja, seharusnya dia tak peduli Stephanie berlari ke arah jurang sekali pun."

"Tapi ini? Hanya berlari untuk kabur saja, sudah dikejar-kejar," ejek Glen.

Untuk kali ini, Vano tak termakan sindiran Glen. Pria itu berusaha mengikuti Stephanie yang terus berlari di tengah hujan. Wanita itu bahkan tak mempedulikan beberapa pasang mata yang menatapnya dengan penuh keheranan.

Karena air hujan terus menerus jatuh tanah, beberapa orang berteduh dan tak terlalu melihat jelas wajah Stephanie. Apalagi dengan rambut basah Stephanie, dan bajunya yang ikut basah juga. Mereka hanya mengira, Stephanie adalah wanita gil* yang sedang bermain air hujan.

Satu persatu gosipan mereka terdengar jelas di telinga Stephanie. "Lihat itu! Wanita itu berlari di tengah hujan seperti ini!"

"Apa dia sudah tak waras?"

"Siapa orang yang mau berlari di tengah hujan dengan rambut dan baju basah kuyup!"

"Heh! Dari bentuk wajahnya sepertinya aku mengenal dia!"

"Dia siapa?"

"Pasti penghuni rumah sakit jiwa yang sudah kabur!"

•••

My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang