09. Pendaratan Bibir (2)

155 21 0
                                    

Pada akhirnya, Stephanie menarik dan mengeluarkan napas panjang. Ini salah satu permintaan suaminya. Vano hanya meminta haknya, seharusnya ini bukan masalah besar bukan? Akhirnya jemari Stephanie menyentuh wajah Vano, dia menutup kelopak matanya sebelum menarik sang suami untuk mendekat ke arahnya.

Stephanie menyentuh lembut bibir sang suami. Suara detak jantungnya begitu kencang. Stephanie takut Vano akan mendengarnya. Namun, bibirnya sendiri tak bisa berhenti mengikat dengan bibir sang suami. Dia baru berhenti, ketika napasnya sudah tak bisa ditahan lagi.

Kelopak mata Stephanie perlahan terbuka, dengan dada naik turun tak teratur. Dia menghirup napas sebanyak-banyaknya, sampai akhirnya pandangan matanya menemukan sosok Vano dengan senyuman tipis. Pria itu puas dengan hadiahnya, tetapi melihat Stephanie dengan wajah memerah, membuat Vano menangkup kembali wajah sang istri untuk mempertemukan bibir keduanya.

Jika pertemuan pertama Stephanie yang memimpin, maka sekarang Vano lah yang mengambil kendali. Pria itu berhasil membuat Stephanie menutup kelopak matanya, sembari melingkarkan tangannya di leher Vano. Keduanya saling merasa satu sama lain, sampai Vano merasa puas karena berhasil menaklukkan sang istri.

Di bawah kendali Vano, Stephanie mengikuti arah bibir pria itu. Dia membiarkan suaminya mengambil apa yang dia inginkan. Sampai akhirnya, Vano memberikan izin untuk Stephanie melepas bibir keduanya. "S*alan, aku hampir kehilangan napasku," rutuk Stephanie.

Vano hanya tersenyum melihat Stephanie menarik dan mengeluarkan napas dengan terengah-engah. Setelah itu, Vano bertanya, "Kau ingin makan bersamaku, atau duduk di sini dan menjadi santapanku berikutnya?"

Stephanie langsung turun dari meja. Dia mengelap bibirnya dengan tisu, kemudian duduk di kursinya. Berbeda lagi dengan Vano yang tampak tenang, sembari mencicipi masakan yang telah Stephanie masak. Pria itu fokus menyantap makanannya, sesekali tersenyum untuk memuji makanan sang istri.

"Pria itu pasti sudah sering melakukan ini dengan mantan kekasihnya dulu," rutuk Stephanie.

Stephanie mengambil sendok, dan juga mangkuk makanannya tanpa selera. Dia berusaha untuk tetap fokus makan, meskipun suara tawa dan senyuman Vano menggangu fokusnya. Sejak tadi, Stephanie terus merasakan jantungnya berdebar kencang. Sampai akhirnya, dia berhasil menghabiskan satu piring makanannya.

•••

Satu bantal diletakkan di tengah ranjang. Dengan pipi mengembung dan tangan mengambil satu persatu bantal, guling dan terakhir boneka. Stephanie sengaja, membuat sebuah pembatas antara bagian ranjangnya dengan Vano.

Sementara Vano sendiri malah tersenyum kecil. Pria itu merebahkan tubuhnya dengan posisi menyamping ke arah Stephanie. Sementara salah satu tangannya sendiri menyangga pipinya dengan tangan. Vano berkata, "Untuk apa pembatas ini kau buat?"

Stephanie mendengkus, kemudian menaruh boneka beruang besar---hadiah pernikahannya---tepat di tengah ranjangnya. Dia sengaja menjadikan boneka beruang itu sebagai pembatas antara dirinya dengan suaminya. "Aku tidak ingin bicara denganmu."

Vano hanya bisa menarik dan mengeluarkan napas panjang. Dia tidak peduli dengan pembatas yang telah Stephanie buat, kemudian berkata, "Kau tidak ingin bicara padaku, tapi menjawab pertanyaanku."

"Itu... itu... itu karena terpaksa! Jadi, jangan bertanya lagi!" gertak Stephanie.

Setelah selesai membuat pembatas, akhirnya Stephanie merebahkan tubuhnya. Wanita itu mencoba untuk beristirahat tenang, padahal niat awalnya adalah mengusir Vano dari kamarnya. Namun, karena kamar sebelah belum dibersihkan, dan Stephanie juga terlalu lelah untuk melakukannya, akhirnya dia hanya bisa membuat pembatas saja.

Keheningan terjadi beberapa saat. Sesuai permintaan Stephanie, Vano tak berkata sepatah kata pun. Dia hanya terdiam, sembari mengamati boneka beruang yang dijadikan pembatas. Sementara Stephanie sendiri mulai merasa gelisah. Dia tak bisa tidur, dan penasaran dengan apa yang sedang Vano lakukan. "Apa dia sudah tidur, ya?" gumam Stephanie.

Pada akhirnya, Stephanie mengintip lewat celah yang terdapat dalam lengan boneka. Setelah itu dia memelototkan mata, melihat mata Vano yang sedang menatap ke arahnya. Langsung saja, Stephanie memalingkan wajahnya. Dia berhasil membuat Vano tertawa kecil, hingga akhirnya Stephanie memutuskan untuk memeriksa ponselnya sebentar.

Baru saja Stephanie membuka ponsel, dia langsung terkejut dengan notifikasi berantai yang masuk ke ponselnya. "Apa-apaan ini?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang