01. Awal Berhubungan (1)

961 45 0
                                    

Akira's Note:

Selamat datang di salah satu bagian dari Lembah Kira-kira! Dunia fiksi di mana kapal yang gak bisa berlayar, bisa terbang sampai akhir, walaupun beberapa kali disambar petir🌩

Jika kamu lanjut membaca buku ini sampai ke bab 2, maka kamu akan menjadi salah satu bagian dari Readernim.

Sebelumnya ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan:

𖤐Semua tulisan yang ada di sini hanya fiksi semata, tidak berhubungan dengan dunia nyata.

𖤐Jika kamu suka cerita ini tolong kasih vote (Dengan cara, tekan bintang di bagian paling bawah) atau bisa juga follow akun wattpad: Akiraa8

𖤐Untuk Readernim yang udah baca cerita ini sampai akhir di karyakarsa, diharap tidak memberi spoiler!

𖤐Kalo kamu mau baca ceritanya lebih cepet, kamu juga bisa baca di web Karyakarsa, dengan cara pencet link yang ada di bawah bioku, dan telusuri cerita yang ingin kamu baca. (Sebelum ceritanya aku kunci)

𖤐Update sesuka hatiku pukul: 20:00 wib!

•••

"Devan s*alan! Aku bersusah payah menjadi seorang penyanyi untuk mengumpulkan uang, demi kesembuhan ibu! Tapi pria itu malah mencuri uangku, dia bahkan berselingkuh dariku!" teriak Stephanie.

Di sebuah klub malam, yang tak terlalu ramai. Seorang wanita berpipi merah, mencengkeram erat gelas minuman beralkohol. Mata wanita itu memerah, dengan pandangan kosong ke depan. Dia sesekali menyesap minuman yang ada di gelas miliknya. Niatnya ingin menghilangkan rasa kesal di hati. Namun, yang terjadi malah kepalanya semakin pusing.

"Setelah mendapatkan penghianatan, aku juga harus berurusan dengan Boss pengekang, yang membuat hidupku semakin sengsara!" teriak Stephanie, kemudian meminum minumannya lagi.

"Vano Christian Hans! Direktur sial*n itu begitu angkuh! Memangnya dia siapa, berani mengatur-atur hidupku sepuas hati?! Suamiku saja, bukan!"

"Aku ini Stephanie Boo! Artis yang tak suka dikekang, dan melakukan apa yang aku suka tanpa mempedulikan perkataan orang lain!"

"Bagaimana bisa, pengganti atasanku yang dulu itu, memaksaku mengubah sikapku seenak jidat! Dia pikir aku ini bunglon, yang bisa berubah wujud dalam waktu singkat?! Pakai otakmu b*jing*n!"

Wajah Stephanie semakin memerah, bersamaan dengan tubuhnya yang mulai sulit diatur. Berulang kali, Stephanie hampir terjatuh, tapi salah satu teman wanitanya sudah lebih dulu membantunya. "Stephanie, berhenti minum. Lalu kembalilah ke apartemenmu. Akan terjadi bencana besar, jika seorang artis yang sedang naik daun, ditemukan di tempat seperti ini, tanpa pengawasan manajermu," peringat Marisa.

Stephanie menghempaskan tangan Marisa. Wanita itu kembali meneguk air yang ada di gelas miliknya. Setelah habis, dia menaruh gelasnya di meja. Kemudian membalas, "Aku tidak peduli dengan pandangan semua orang!"

"Aku sudah dihianati kekasih rahasiaku! Pantas saja dia menyetujui ucapanku, untuk tidak mempublikasikan hubungan kami kepada semua orang! Rupanya dia sedang berselingkuh dan berniat mencuri semua uangku!"

"Sekarang, aku tidak peduli pada ucapan semua orang!"

"Apalagi pandangan si Boss tampan menyebalkan itu! Aish, memikirkannya membuatku ingin muntah," kata Stephanie sembari memegangi perutnya sendiri.

Dari gerak-gerik Stephanie, Marisa tahu jika wanita itu benar-benar tak kuat minum. Namun, anehnya, Stephanie tak mau berhenti, meskipun pipinya sudah semerah kepiting rebus. Langsung saja, Marisa memegangi bahu Stephanie Dia berniat mengantar Stephanie pergi, tapi Stephanie sudah lebih dulu menghempaskan tangannya.

"Menyebalkan! Kau juga sama saja Risa!"

"Selalu mengatur, dan memperdaya hidupku!"

"Aku tak boleh sendirian."

"Aku tak boleh pergi ke mana pun aku mau."

"Aku harus bersikap ramah dan anggun."

"Aku tak boleh dekat dengan pria lain."

"Aku tak boleh melakukan ini."

"Aku tak boleh melakukan itu."

"Lalu banyak lagi aturan yang belum aku sebutkan, karena aku tak ingat aturannya," gumam Stephanie.

Stephanie menghitung jemari tangannya, sembari menutup kelopak matanya. Tanpa sadar bibirnya memberitahu, Marisa. "Marisa, jika aturan baru atasanku ditulis ke dalam sebuah buku. Aku bersumpah, bukunya akan setebal buku dosaku."

Marisa berusaha membantu Stephanie berdiri, dan menyeretnya ke apartemen wanita itu. Namun, ketika Marisa ingin melewati pintu keluar, sekelompok pria berhidung belang mulai menghalangi jalannya. Salah satu pria itu tersenyum kemudian berkata, "Wah, wah lihat siapa artis yang berada di tempat seperti ini?"

"Stephanie Boo! Artis yang sedang naik daun itu ada di sini! Hey cantik, apa yang sedang kau lakukan di sini? Kau ingin bermain sebentar bersama kami?" tanya seorang pria berhidung mancung, sembari mencolek pipi Stephanie.

Marisa berusaha untuk menjauhkan Stephanie dari beberapa pria pengganggu itu. Terlebih lagi, ada pria yang berani menyentuh lengannya, berniat untuk menggodanya juga. Marisa memperingati, "Jangan berani menyentuhku, atau sahabatku!"

Stephanie mencoba membuka matanya yang memberat. Dia berjalan terhuyung-huyung, lalu menghempaskan setiap tangan yang berani menyentuh pipinya. "Jangan sentuh aku!"

"Kau datang ke kandang singa dengan pakaian menggoda, seharusnya kau sudah tahu konsekuensi dari perilakumu ini, Sayang," bisik salah satu pria sembari tertawa kencang.

Namun, sebelum mereka mulai mendekati Marisa dan Stephanie lagi, tiba-tiba seorang pria berjas abu sudah lebih dulu menghajar mereka. Dengan tatapan tajam dan kepalan tangan tak bersahabat, dia mendorong setiap pria yang berniat menyentuh para wanita tanpa izin. Setelah itu, semua pria kabur, begitu mereka melihat siapa yang baru saja menghajarnya.

"Itu Pak Vano! Ayo cepat pergi! Sebelum orang kaya itu, menjebloskan kita ke dalam penjara kematian!" peringat salah satu pria.

Semua pria pergi melarikan diri, bersamaan dengan Marisa yang meneguk ludahnya sendiri. Tepat di depannya berdiri Direktur dari agensi yang menaungi Stephanie. Dia berusaha untuk menyadarkan Stephanie, tapi Stephanie masih dalam keadaan mabuk.

Ketika Stephanie mendongak, untuk memeriksa siapa pria yang telah membantunya. Dia menyipitkan mata, mencoba mengenali orang itu. "Dari wajah dan sifat ketusnya, dia pasti Vano Christian Hans!"

"Vano si*lan! Sini kau! Aku tak takut padamu!" Marisa langsung menutup mulut Stephanie dengan tangannya.

"Stephanie diamlah," peringat Marisa.

Stephanie tak peduli. Dengan mata terpejam erat dia menggigit tangan Marisa yang menutup mulutnya. Wanita itu kemudian berjalan terhuyung-huyung, menjauhi Marisa dengan pikiran linglung. Di dalam pikirannya hanya ada Vano. Manusia menyebalkan yang membuat darahnya naik setiap hari.

"Ah, aku menemukan pria si*lan ini," gumam Stephanie dengan mata menyipit. Kelopak mata Stephanie memberat, tapi dia masih mencoba untuk membuka lebar matanya.

Sebelum Stephanie menghampiri Vano, Vano sudah lebih dulu berjalan ke arahnya. Pria itu memegangi pergelangan tangan Stephanie, kemudian menariknya untuk pergi dari klub itu.

Di antara banyaknya manusia yang tak menyadari keberadaan artis terkenal. Ada Stephanie, yang tak henti-hentinya mengumpati Vano, "Lepaskan aku b*jingan! Tanganku terlalu bersih untuk kau pegang! Menjijikkan!"

Vano berhenti berjalan. Dia melirik Stephanie dengan tatapan tajam. Setelahnya, bibirnya memberitahu, "Memalukan."

Satu kata yang menusuk hati Stephanie. Api rasa kesal di dalam hatinya, baru saja disiram minyak tanah oleh ucapan Vano. Jelas saja, Stephanie merasa sangat kesal. Dia langsung mengambil jus di meja, kemudian melempar airnya ke arah wajah pria itu. Tak hanya menyiram, Stephanie bahkan menggigit tangan Vano sekuat tenaga.

Tanpa sadar, Stephanie telah memancing masalah baru dalam kehidupannya.

•••

My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang