19. Penyamaran (1)

100 18 0
                                    

"Aku mendapatkan tawaran memainkan drama?! Bagaimana ini Vano?!" tanya Stephanie bingung sendiri.

Stephanie memelototkan mata, dengan seluruh tubuh bergetar hebat. Entah dari kapan, Dino mendapatkan pesan tawaran untuk Stephanie. Namun, Stephanie sendiri tak habis pikir dengan isi otak orang yang menawarkannya berakting.

"Aku sudah mulai terbiasa menyanyi di panggung besar, atau bahkan menjadi bintang iklan. Tapi drama?! Tontonan untuk orang-orang?! Aku masih belum layak tampil di drama!" ungkap Stephanie panik.

Vano terdiam beberapa menit. Setelah itu, dia menjawab, "Tampaknya banyak orang yang tertarik pada video viralmu itu. Mereka pikir, kau berakting marah dan arogan. Jadi, tawaran ini tertuju padamu."

Stephanie langsung mendekatkan diri pada Vano. Dia tak ragu untuk menarik kerah sang suami, kemudian memberitahu, "Tapi itu semua memang benar-benar nyata! Aku tidak berakting! Bagaimana sekarang? Haruskah aku menolak tawaran ini, tapi kapan lagi aku bisa mendapatkan pekerjaan untuk menandingi gadis congkak bernama Zea itu!"

Vano tersenyum, dia kemudian meningkatkan tangannya pada pinggang Stephanie. Setelah itu, dia menarik Stephanie untuk semakin dekat dengannya. Sampai keempat mata mereka bertemu dalam debaran jantung masing-masing. Vano memberitahu, "Peran di drama itu hanya sebagai peran pembantu, bukan peran utama. Ada kemungkinan, kau hanya tampil sebentar. Jadi, ambil saja, kesempatan ini bisa kau pakai untuk melebarkan namamu supaya lebih dikenal lagi, bukan?"

"Pemeran pembantu memang jarang-jarang disorot, jadi... aku tak perlu khawatir dengan aktingku yang masih belajar," gumam Stephanie, sembari mendorong wajahnya ke belakang, supaya tak mendekat ke arah Vano.

Vano tersenyum dan membalas, "Lagi pula, kau hanya berperan sebagai artis profesional, sombong dan sangat cocok dengan sikap aslimu ini."

Stephanie mengernyitkan kening. Padahal dia sudah berusaha untuk seramah mungkin pada semua orang. Namun, Vano malah mengatainya sombong. Jelas saja, Stephanie tak terima dengan julukan itu. Dia meraih kerah baju Vano, kemudian mendekatkan wajah keduanya. "Apa kau bilang?? Kau mengataiku sombong? Bukannya dirimu sendiri yang sombong, dan angkuh! Bercerminlah!"

Sudut bibir Vano terangkat ke atas, melihat keberanian Stephanie untuk menarik kerah bajunya. Pria itu tiba-tiba menyentuh punggung Stephanie, lalu menarik Stephanie semakin mendekat. "Kau sombong, karena menolak suamimu."

"Menolak? Menolak apa?" tanya Stephanie.

Vano tak menjawab, tapi dia langsung membenarkan syal milik istrinya. Kemudian mengajak Stephanie untuk turun dari mobil. "Sudahlah. Lupakan hal ini, lalu mari kita berbelanja."

Stephanie mengernyitkan kening, karena Vano sudah lebih dulu menarik pergelangan tangannya. Pria itu tak membiarkan Stephanie mengatakan apa-apa, kemudian membimbing Stephanie untuk berjalan menuju supermarket.

•••

My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang