32. Tanda Cinta (1)

83 14 0
                                    

Merah tanda cinta. Stephanie mengepalkan kedua tangannya, setelah Vano menebarkan tanda cintanya di sekitar leher dan bahu. Jika saja, Stephanie tak memakai otaknya untuk mencari cara menutupi tanda merah. Sudah pasti saat ini, Stephanie tak akan berani datang ke acara makan malam, dengan jaket dan syal yang melilit lehernya.

"Untunglah, cuacanya sedang mendukungku memakai kedua benda ini. Jika tidak, aku tak memiliki cara lain untuk pergi ke tempat ini, dengan tanda yang diberikan Vano."

"Pria itu benar-benar menyebalkan! Kenapa juga dia tak memperbolehkanku pergi ke sini? Padahal di sini teman-teman baruku berkumpul! Pasti sangat mengesalkan jika aku tertinggal, di saat mereka semua bersama-sama dalam merayakan drama ini!" gerutu Stephanie.

Gerutuan Stephanie tak berlangsung lama, ketika para teman artis dan aktornya datang juga. Mereka mengajak Stephanie untuk pergi ke meja bersama. Hal itu membuat Stephanie merasa bahagia. Perlahan, rasa kesal di hatinya mulai memudar, bersamaan dengan turunnya setetes air dari atas langit.

Salah satu artis yang menjadi tokoh utama menepuk bahu Stephanie. Wanita bernama Helen itu berucap, "Aku dengar kau baru saja selesai melakukan syuting pada video klip terbarumu! Tapi kau, meluangkan waktu untuk makan malam bersama kami. Apa kau masih merasa lelah?"

Stephanie langsung menggelengkan kepala. Dia berkata, "Tidak, tentu saja tidak. Aku datang ke sini, karena masih memiliki tenaga untuk bertemu kalian semua!"

Helen tersenyum lebar, mendengar suara Stephanie yang terdengar gembira. Dia kemudian melirik ke arah jendela restoran. Tepat di sana, air hujan berlomba-lomba jatuh ke atas tanah. Selain itu, angin juga bertiup dan mulai menusuk kulit.

"Untung saja kita datang cepat ke sini, jika tidak mungkin kita juga akan terjebak hujan dan juga macet. Biasanya, jika hujan seperti ini banyak terjadi kecelakaan," gumam Helen dengan kening mengernyit

Stephanie mengangguk, kemudian melihat setetes air hujan jatuh terus menerus hingga menjadi aliran air. Dia menarik dan mengeluarkan napas panjang, kemudian bergumam, "Iya. Aku juga bersyukur karena datang ke sini, sebelum terjebak hujan."

Makan malam dimulai dengan para artis yang mengobrol dan saling memuji satu sama lain. Kehangatan mulai tercipta di meja makan, apalagi setelah Glen datang dan ikut duduk di antara para artis. Semua pemain drama menghabiskan waktunya untuk saling memuji satu sama lain.

Tak ada perdebatan, perselisihan, atau rasa iri dengki. Hal itu, membuat Stephanie menarik dan mengeluarkan napas panjang. "Artis yang sudah lama bekerja sama dengan Pak Glen memang berbeda. Mereka tampak puas memerankan peran yang mereka miliki. Tak ada satu orang pun yang mengeluh, karena dramanya sukses tanpa banyak perdebatan."

Senyum di wajah Stephanie semakin mengembang, ketika dia memiliki kesempatan untuk berfoto dengan Glen. Tanpa banyak bicara, Stephanie berhasil mengambil satu foto untuk ditunjukkan kepada sang ibu. Stephanie bahkan ikut membuat foto bersama teman-teman artis lainnya, untuk mempromosikan drama mereka.

"Syukurlah dramanya berhasil. Seperti biasa, karya Pak Glen memang tak pernah gagal!" ucap Helen dengan senyuman lebar.

Waktu terus berjalan. Semuanya menghabiskan waktu bersama dengan penuh canda. Setelah makan malam dan mengobrol bersama, akhirnya mereka pulang satu persatu, meninggalkan Stephanie yang sibuk menunggu Vano datang menjemputnya.

"Ya ampun. Pria itu benar-benar menyebalkn. Dia bilang dia akan menjemputku! Tapi sampai sekarang, dia tak datang ke sini juga! Ini sangat menyebalkan."

"Jika dia tak berniat untuk menjemputku, kenapa harus memintaku menunggunya?" tanya Stephanie mulai kesal.

Helen yang sama-sama menunggu orang yang menjemputnya melihat ke arah Stephanie. Dia bertanya, "Kau pulang dijemput juga?"

Stephanie mengangguk dan Helen berkata, "Aku juga. Suamiku bilang dia akan menjemputku, tapi karena hujan... dia terjebak macet juga. Jadi, aku harus menunggunya di sini."

"Oh ya, memangnya siapa yang akan menjemputmu ke sini? Apakah manajermu yang bawel itu?" tebak Helen sembari tertawa kecil.

•••

My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang