16. Pelukan Hangat (1)

166 18 0
                                    

Seluruh tubuh Stephanie bergetar hebat. Sebelumnya dia tak pernah sadar, dan tak pernah tahu bagaimana rasanya ketika berhubungan. Jadi, Stephanie bingung sendiri. Dia hanya mendengarkan hasutan Vano untuk bertanggung jawab.

"Tunggu, hari ini bukan hari di mana aku datang bulan. Selain itu, aku juga tak memiliki luka lain. Tidak salah lagi, pria itu sudah menipuku!" gertak Stephanie.

Sebelum Vano menggedong tubuhnya untuk berganti baju. Stephanie sudah lebih dulu menepis tangan Vano. Setelahnya, Stephanie menatap nyalang ke arah sang suami. Dia meremas handuk miliknya, kemudian mengomel, "Kau sebenarnya menipuku, bukan?"

"Hah? Menipu?" tanya Vano heran.

Stephanie kembali bersuara, "Jangan berpura-pura b*doh! Kau tahu, aku sangat lugu dan naif! Lalu kau sendiri memanfaatkan semua ini untuk menipuku?!"

Vano terdiam. Dia berusaha untuk membantu Stephanie berdiri, tetapi Stephanie kembali menepis tangannya. "Jangan sentuh aku, b*jingan!"

"Stephanie, jangan seperti anak kecil. Kau harus segera memakai kembali bajumu, atau kau akan kedinginan," jelas Vano.

Bola mata Stephanie berkaca-kaca. Namun, dia masih bisa menatap Vano dengan tatapan tak bersahabat. Stephanie berucap, "Kenapa kau peduli padaku? Sebenarnya apa untungnya bagimu untuk melakukan semua ini?!"

Vano tak bisa bersabar lagi. Dia akhirnya mendorong bahu Stephanie ke sofa, kemudian bertanya, "Jangan berkata berbelit-belit. Cepat katakan, apa yang membuatmu terganggu?"

Stephanie menjawab, "Kita belum pernah bermalam bersama sebelum menikah, bukan?! Aku masih per*wan! Dan kau! Kau baru melakukannya setelah kita menikah?!"

Ucapan Stephanie malah membuat Vano tersenyum, dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Pria itu berkata, "Lalu? Apa masalahnya?"

"Masalahnya adalah, kau berbohong padaku sebelum kita menikah! Kau bilang kita sudah bermalam bersama, jadi aku percaya dan akhirnya menikah denganmu!" jelas Stephanie.

Jemari Vano tiba-tiba menyentuh pipi Stephanie. Jemari pria itu merambat ke bawah, lalu jatuh tepat di bibir Stephanie. "Memangnya kenapa? Sebelumnya aku jujur, bahwa tak ada orang lain yang berani mendaratkan bibirnya tepat di tubuhku. Kau bahkan menggigitku, aku hanya meminta pertanggung jawabanmu, apa aku salah?"

Stephanie berteriak, "Tapi kau bilang, aku sudah merebut keperjakaanmu! Kau bilang kita... kita... kita..."

Vano menaruh jari telunjuknya di depan bibir Stephanie. Setelah itu dia berucap, "Mau sudah atau belum, kenyataannya sekarang kita sudah bermalam bersama. Kau sudah resmi menjadi istriku, Stephanie. Jadi jangan mengungkit hal yang tak penting ini."

"Kau bilang ini tak penting? Vano, semua ini menyangkut harga diri dan reputasiku sebagai artis! Aku tahu, aku memang tak tahu malu, tapi aku tak pernah berani untuk mempermalukan orang tuaku, dengan tidur bersama pria hanya karena minuman bernama alkohol itu!" jelas Stephanie.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang