02. Pertanggung Jawaban (1)

300 30 0
                                    

Entah dosa apa yang pernah Stephanie lakukan di masa lalu. Karena sekarang, selain menemukan dirinya berada di kamar yang sama dengan Vano. Stephanie juga harus diwawancarai oleh adik Vano, Selena.

Sembari menunggu Ibu Vano datang, Selena duduk dengan mata menyipit ke arah Stephanie. Sebenarnya, Selena merupakan salah satu fans Stephanie. Jika dia menemukan Stephanie di tempat lain, mungkin Selena akan bergegas meminta tanda tangan Stephanie. Namun, sekarang? Selena malah menemukan Stephanie berada di apartemen sang kakak. Wanita itu bahkan mengenakan piama tidur pria, dan keluar dari kamar sang kakak. Jelas saja, Selena tak bisa melepas Stephanie begitu saja.

Selena menyilangkan tangan di depan dada. Gadis itu menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelahnya dia menatap tajam ke arah Vano, "Jadi, alasan Kak Vano ingin mengambil alih agensi yang hampir bangkrut itu adalah, untuk menyelamatkan karir Kak Stephanie? Sejak kapan kalian berpacaran?"

"Padahal, aku pikir Kakak menyelamatkan perusahaan itu, karena kakak tahu jika aku salah satu penggemar berat Kak Stephanie," ungkap Selena tak percaya.

Stephanie ingin menggelengkan kepala, menghindari perkataan Selena. Namun, tiba-tiba Vano menganggukkan kepala, dia kemudian melirik ke samping. Lebih tepatnya ke arah Stephanie yang berwajah pucat. "Ya, aku menyelematkan agensi itu, hanya untuk wanita yang aku sukai."

Selena yang awalnya menyipitkan mata, tiba-tiba membinarkan matanya. Dia tersenyum, kemudian memegangi kedua tangannya di depan dada. "Ya ampun, ternyata Kak Vano juga menyukai Kak Stephanie! Sudah kuduga, jika suara dan pesona Kak Stephanie itu tak ada lawannya!"

"Ayo katakan padaku, sejak kapan kalian mulai berkencan?" tanya Selena.

Stephanie ingin mengelak, tapi Vano tiba-tiba berbisik, "Ini salahmu sendiri, aku sudah berulang kali mengatakan kau tidak boleh keluar kamar, tapi kau tak mau mendengarku. Sekarang, anggukan kepala untuk setiap perkataan yang aku sampaikan pada adikku."

Stephanie menggelengkan kepala. "Kenapa aku harus berbohong segala?"

"Apa kau tak malu, jika aku mengatakan hal yang sebenarnya? Haruskah aku mengatakan jika kau wanita agresif yang menggodaku lebih dulu karena mabuk? Lalu setelah itu, adikku pasti tak akan mau menjadikanmu idolanya lagi," jelas Vano tak ingin membuat sang adik kecewa.

Seorang artis, harus siap siaga menjaga citranya. Karena banyak sekali orang yang memerhatikannya. Jika Stephanie kehilangan harga dirinya, sudah pasti semua orang akan mencap dirinya sebagai wanita tak benar. Mau tak mau, Stephanie akhirnya menganggukkan kepala, menyetujui setiap perkataan yang disampaikan Vano.

"Kami sudah mulai berkencan sejak dulu sekali," jujur Vano.

Selena menganggukkan kepala mengerti dengan apa yang terjadi. Dia kemudian bertepuk tangan, dan mulai membayangkan kehidupan rumah tangga kakaknya bersama artis yang dia sukai. Setelah berpikir, Selena berkata, "Kak Vano, cepatlah nikahi Kak Stephanie. Tak baik, jika kalian terus berpacaran dan bermesraan tanpa ikatan seperti ini. "

Stephanie tersenyum kikuk, berbeda lagi dengan Vano yang tampak tenang menjawab setiap pertanyaan sang adik. Hal itu membuat Stephanie geram sendiri. Di saat dia panik setengah mati, Vano malah termenung dan menjawab pertanyaan semaunya saja.

"Segera menikah!" peringat Selena.

Awalnya Stephanie pikir, dia bisa lepas dari jeratan pertanyaan Selena. Namun, tiba-tiba pintu apartemen Vano terbuka, menampilkan seorang wanita berambut pirang, dengan tatapan berbinar. Dia terburu-buru menghampiri Stephanie, kemudian berkata, "Wah, aku tak percaya, jika artis favorit Selena ternyata kekasih anakku sendiri!"

"Vano cepat menikahlah! Kau harus bertanggungjawab!" perintah ibunya Vano.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang