38. Buah Cinta (1)

100 16 1
                                    

Stephanie kembali menghempaskan tangan Vano. Dia menunjuk ke arah Vano, kemudian memperingati, "Mau ke mana pun aku pergi. Itu bukan urusanmu! Jangan sok, mencampuri urusanku, si*alan!"

Peringatan Stephanie dianggap angin lalu oleh Vano. Karena setelah mengatakan hal itu, Vano tiba-tiba menarik dan memeluk tubuh sang istri di hadapan orang-orang yang berjalan melewati keduanya. "Apa yang kau lakukan?! Ini memalukan!" gerutu Stephanie, ketika pandangan orang-orang mulai tertuju ke arahnya.

Spontan, Stephanie langsung memelototkan matanya. Dia ingin melepaskan pelukan dari Vano. Namun, Vano malah semakin mendekapnya. Pria itu berbisik, "Maafkan aku. Aku memang pernah menjadikanmu sebagai taruhan, tapi percayalah, jika aku benar-benar mencintaimu."

"Aku tidak berbohong, soal perasaanku padamu."

Ucapan Vano terdengar tulus. Namun, Stephanie tak ingin langsung percaya pada apa yang Vano katakan. Dia langsung mendorong tubuh Vano untuk menjauh dari tubuhnya. Setelah itu, dia menunjuk Vano dengan satu jari telunjuknya. Dia memperingati, "Terserah! Aku sudah tak mau mendengar bualan manismu yang beracun itu! Sejak awal, kau memang hanya memanfaatkanku saja. Aku tak akan mau, menjalani hubungan dengan orang sepertimu lagi!"

Vano berusaha untuk memenangkan sang istri. Dia kemudian berkata, "Baiklah. Kalau kau masih tak mau memaafkanku, ayo katakan hal yang ingin aku kabulkan untukmu? Kau ingin aku melakukan apa, supaya kau mau memaafkanku?"

Stephanie memalingkan wajahnya ke arah lain. Dia kemudian menjawab, "Aku ingin bercerai, dan kau membiarkanku menjadi artis tanpa gangguan darimu lagi."

Ucapan Stephanie membuat suasana menjadi semakin panas. Padahal udara malam mulai berembus menyelimuti tubuh orang-orang yang tak sengaja melewati keduanya. Begitu juga dengan Marisa yang menutup wajah dengan kedua tangannya. Dia berkata kepada dirinya sendiri, "Stephanie lagi-lagi membuat onar. Kenapa dia bisa meminta cerai semudah itu? Apa dia tak memikirkan apa pun?"

"Oh astaga, dia bukan temanku, jika masih senang mempermalukan dirinya seperti ini," ucap Marisa merasakan seluruh pandangan orang-orang tertuju pada Stephanie.

Vano langsung menjawab, "Dulu sudah kubilang, aku akan mengabulkan permintaanmu, kecuali permintaan cerai. Stephanie."

Stephanie mengepalkan kedua tangannya, kemudian berkata, "Tapi aku ingin cerai Vano! Aku tak sudi memulai hubungan dengan penipuan ini!"

Vano masih tak mau menyerah, dan berusaha membujuk Stephanie. Namun, tiba-tiba Stephanie merasa pusing. Tak lama setelah itu, dia merasakan mual hingga akhirnya muntah di tempat. Spontan, Vano langsung memegangi bahu sang istri. Dia berkata, "Kau sakit. Tapi masih bisa keluar rumah dan menggerutu seperti ini."

"Lain kali saja kita bahas soal masalah ini. Yang terpenting sekarang, adalah memeriksa kondisimu," ucap Vano.

Stephanie ingin kabur saja, ketika Vano sudah menelepon dokter kenalannya untuk membawa dia ke rumah sakit. Namun, sebelum Stephanie mengajak Marisa untuk kabur, Marisa sudah lebih dulu menurut pada permintaan Vano. Lalu tubuh Stephanie sendiri, mulai diangkat Vano untuk pergi ke rumah sakit.

"Risa! Jangan tinggalkan aku bersama monster ini!" teriak Stephanie.

Marisa langsung menjawab, "Maafkan aku Stephanie. Tapi kau, benar-benar harus pergi berobat! Jangan melawan keinginan suami yang peduli padamu itu! Selamat tinggal!"

••• 

My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang