10. Istri Pungut (1)

147 17 0
                                    

Semalam penuh, Stephanie tak bisa menutup matanya untuk beristirahat. Ada dua sebab dia tak bisa tidur nyenyak. Pertama adalah Stephanie tidur seranjang dengan Vano. Kedua, adalah komentar di internet pada vlog Zea. Padahal Stephanie sudah bersikap seramah mungkin, untuk tidak dikritik. Namun, tetap saja ada orang-orang yang mengomentari dan membanding-bandingkan Stephanie dengan Zea.

"Stephanie artis yang sebentar lagi akan menghilang dari panggung. Namanya tenggelam, berbeda lagi dengan Zea yang semakin melesat."

"Zea masih muda, dia memiliki masa depan yang indah."

"Sedangkan Stephanie? Dia sudah kepala tiga, warna suaranya juga biasa-biasa saja."

"Coba jika dia memiliki sisi unik seperti Zea, mungkin dia akan lebih menarik lagi."

"Aku bosan melihatnya."

"Lihat itu, apa kau merasa Stephanie semakin gendut?"

Komentar di internet membuat Stephanie tak nafsu makan. Wanita itu bangun pagi hanya untuk menyiapkan sarapan untuk Vano. Setelahnya, dia duduk di meja makan, untuk menunggu Dino menjemputnya.

"Kau kenapa?" tanya Vano yang baru bangun tidur.

Stephanie tak menjawab. Dia terlalu malas untuk membuka mulut, dan membalas pertanyaan Vano. Begitu juga dengan matanya yang enggan melirik ke arah sang suami sedikit saja.

Sudut bibir Vano melengkung ke atas, melihat sarapan yang telah dibuat Stephanie. Meskipun hanya beberapa masakan sederhana, tetapi Vano menghargainya. Pria itu duduk di kursi, sembari meneliti ke arah Stephanie. "Hari ini aku akan mengadakan rapat, jadi mungkin aku akan pulang terlambat."

"Tidak masalah," jawab Stephanie tak peduli.

Setelah itu Vano melanjut, "Selena dan Ibu mengundang kita untuk menginap di rumah ibu. Jika kau tidak keberata---"

Belum sempat Vano menyelesaikan ucapannya, Stephanie sudah lebih dulu membalas, "Menginap di rumah ibu mertua? Tidak masalah, kita tinggal pergi saja."

Vano terdiam, menyadari jika reaksi Stephanie berbeda dari biasanya. Pria itu juga melihat piring Stephanie yang hanya disinggahi oleh satu roti. Vano jadi bertanya, "Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau dari tadi diam saja? Kau bahkan mengabaikan sarapanmu."

Stephanie menarik dan mengeluarkan napas panjang. Setelah itu, dia menjatuhkan wajahnya ke meja secara perlahan. Sembari menunduk, Stephanie mengaku, "Karena terlalu banyak makan, aku jadi makin berisi."

Vano terdiam kemudian beranjak dari kursinya. Dia berjalan ke depan Stephanie, kemudian menyentuh dagu sang istri. Tak perlu waktu lama, bagi Vano untuk mengangkat wajah sang istri. Kemudian melihat ke wajah Stephanie baik-baik. "Tidak juga. Kau malah semakin imut dengan pipimu ini."

Ucapan Vano terdengar menghibur, tetapi itu tidak berlaku untuk hati Stephanie yang terlanjur tersinggung. Stephanie menghempaskan tangan Vano, kemudian menjawab, "Sebagai artis, aku harus menjaga bentuk tubuhku."

"Lalu sebagai istri, kau juga harus menjaga kesehatanmu. Jangan seperti ini, dan makanlah sedikit saja. Memangnya kau ingin kelaparan ketika sedang bekerja?" tanya Vano.

Stephanie mendengkus, kemudian menatap nyalang ke arah Vano. "Kau tak tahu apa pun tentang apa yang kurasakan! Jangan menceramahiku, jika aku lapar... aku akan makan!"

Belum sempat Stephanie melanjutkan ucapannya, roti di bibir Vano sudah mendarat tepat di mulut Stephanie. Setelah Stephanie tak sengaja menggigit roti itu, Vano melepaskannya. Dia mengusap lembut rambut sang istri, kemudian memberitahu, "Aku tidak bermaksud untuk menceramahimu. Hanya saja, aku ingin kau memikirkan tentang kesehatanmu sendiri. Jika kau tidak makan, bagaimana kau akan bekerja dan meraih semua impianmu itu?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang