32. Tanda Cinta (2)

70 11 0
                                    

Kepala Stephanie langsung bergeleng. Dia menjawab, "Tidak. Manajerku sudah pergi entah ke mana setelah aku selesai syuting."

"Aku dijemput sua---" Belum sempat Stephanie menyelesaikan ucapannya, dia langsung mengganti ucapannya, "Maksudku supir agensiku."

"Wah, enaknya. Kau memiliki supir yang bahkan mengantar jemputmu ke tempat seperti ini. Tidak seperti agensiku yang masa bodo dengan artisnya. Aku jadi ingin pindah ke agensimu," canda Helen.

Stephanie tahu, jika Helen hanya bercanda. Helen sebenarnya berasal dari perusahaan besar. Bukan seperti Stephanie yang berada di perusahaan hampir bangkrut. Dia bisa kembali ke dunia hiburan pun, itu dibantu oleh Vano. "Hmm, jika aku bisa memilih lebih baik aku naik taksi saja," gerutu Stephanie.

Sembari menunggu Vano datang menjemput, Helen mengajak Stephanie untuk makan camilan di saat hujan. Stephanie menerima tawarannya. Keduanya awalnya makan tanpa ada hambatan. Namun, gaun bagian atas Helen tiba-tiba tersangkut pada pernah pernik patung restoran. Spontan, gaun yang Helen kenakan robek di bagian dada dan bahunya. "Ya ampun."

Stephanie segera meminta para pelayan untuk memberikan baju ganti. Sementara Stephanie sendiri spontan melepas syal miliknya, untuk menutupi bagian Helen yang terbuka lebar. Wanita itu tak mempedulikan tanda dari Vano yang sudah berubah warna seiring berjalannya waktu.

"Maaf aku sudah merepotkanmu, dan terima kasih," ucap Helen setelah Stephanie membungkuskan syal ke bagian leher dan bagian bahunya.

Padahal di drama keduanya memiliki peran yang saling bermusuhan. Namun, aslinya Stephanie tak sejahat peran yang dia mainkan. Wanita itu tersenyum tipis, dan melupakan tanda pemberian Vano. "Tidak. Tidak perlu meminta maaf. Lagi pula, pelayan akan segera mengambilkan baju ganti untukmu."

"Kenapa juga, hiasan patung ini memiliki bagian yang menonjol tajam seperti ini? Ini jelas mengganggu orang yang berjalan ke sekitar sini," omel Stephanie.

Helen menjawab, "Mungkin hanya untuk hiasan selamat dat---eh? Stephanie? Apa yang terjadi dengan leher dan bahumu? Apa itu tanda cup--"

Belum sempat Helen mengakhiri ucapannya, Stephanie langsung menutupi leher dan bagian bahunya dengan tangan. Dia baru ingat dengan tanda ini kemudian berkata, "Ah, tadi... ini... aku tak sengaja terjatuh karena terburu-buru menyiapkan diri untuk datang ke sini."

Tanpa menaruh rasa curiga, Helen menganggukkan kepala. "Pantas saja kau datang lebih awal ke sini, rupanya kau terburu-buru juga. Tapi, sebaiknya kau mengobati lukamu itu dulu, sebelum berpergian. Lukanya tampak terasa sakit."

Stephanie hanya bisa tersenyum kikuk mendengarnya. Dia segera mengubah topik pembicaraan, supaya Helen tidak mewawancarainya lebih lama. "Aku akan memeriksa para pelayan. Kenapa mereka tidak datang-datang? Kau tunggu saja di sini."

Niat baik Stephanie mengantarkan Stephanie untuk diam-diam menyembunyikan tanda cinta Vano. Dia menundukkan kepala, dengan kedua tangan memeluk tubuhnya sendiri. Sebisa mungkin, Stephanie melihat ke arah pelayan yang akan memberinya baju ganti. Karena terburu-buru mengambil baju, Stephanie tak sengaja tersandung anak tangga.

Jika Stephanie jatuh sendiri, mungkin itu tidak masalah. Dia hanya harus menahan malu saja. Sayangnya? Stephanie tak hanya jatuh sendiri dia menabrak pria berjas hitam, yang berstatus sebagai sutradaranya. Sebelum mereka terjatuh, Glen sudah lebih dulu menahan tubuhnya pada meja. Setelah itu, dia menggunakan sebelah tangannya untuk memeluk tubuh Stephanie agar tidak terjatuh.

"Si*l."

•••

My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang