14. Gaun Malam (1)

148 21 0
                                    

Pergi ke rumah mertua tanpa persiapan yang cukup. Stephanie mendengkus, tetapi dia sendiri tak berani menunjukkan wajah kesalnya di depan Vano. Sejak pagi, fokus Stephanie terganggu karena isi pikirannya dipenuhi oleh Vano. Lalu, saat di perjalanan menuju rumah sang mertua pun, Stephanie tak bisa berhenti menurunkan boneka beruangnya dari wajah.

Stephanie memeluk boneka beruang, dan menaruhnya tepat di depan wajahnya sendiri. Semua gerutuan Stephanie terendam dalam hati. Dia terlalu malu untuk melihat ke arah Vano, sementara Vano sendiri hanya bisa tersenyum tipis.

"Apa gunanya kau menyembunyikan wajahmu seperti itu? Tak mungkin juga, kau akan pergi ke rumah ibu dengan boneka itu, bukan?" tanya Vano.

Stephanie melirik ke arah lain. Wajahnya memerah, dengan tangan yang memegang erat boneka miliknya. "Suka-sukaku! Ingin melakukan apa pun juga! Lagi pula, ibu mertua membebaskanku melakukan apa pun yang kumau 'kan?"

Vano tersenyum dan membalas, "Ya. Terserah kau saja. Tapi, aku hanya ingin kau tahu. Percuma saja menyembunyikan wajahmu itu, karena aku sudah melihatnya."

"Jangan sok malu-malu seperti itu. Lagi pula biasanya kau tak tahu malu," ucap Vano.

Stephanie mengepalkan kedua tangannya. Lagi-lagi Vano berusaha untuk mengajaknya berdebat. Dia akhirnya berhasil menurunkan boneka dari wajahnya. Setelah itu, Stephanie melirik ke arah Vano dengan wajah memerah. "Aku tidak malu! Tapi aku merasa jijik, karena harus melihat wajahmu!"

Ucapan Stephanie malah membuat Vano semakin menarik sudut bibirnya ke atas. "Tapi aku suka memandangi wajah cantikmu itu? Jadi? Aku harus bagaimana?"

Pada akhirnya, Stephanie sampai di rumah mertuanya tanpa boneka beruang di tangan. Dia sengaja memasukkan boneka itu ke koper, kemudian melangkah menuju rumah sang mertua dengan senyuman lebar. "Tarik napas, keluarkan. Ayolah Stephanie, ini hanya menghadapi mertua dari pernikahan terpaksa saja. Kau tak perlu terlalu serius untuk menghadapinya, " gumam Stephanie pada dirinya sendiri.

Stephanie mungkin bisa berpikir untuk berakting menjadi seorang menantu yang baik. Namun, ketika sampai di depan rumah, dia langsung disambut oleh mertuanya yang menangis dan berlari untuk memeluknya. "Akhirnya, menantuku sudah sampai juga."

"Kenapa kalian tidak sering berkunjung ke sini? Ibu sangat mengkhawatirkan menantu ibu. Bagaimana bisa, artis seperti Stephanie, hidup bersama Vano yang sangat cuek itu?" jelas ibunya Vano.

Vano mengeluarkan napas panjang. Sementara Selena yang baru keluar rumah langsung membinarkan matanya. Mereka berjalan ke arah Stephanie, dengan senyuman lebar. Sementara Stephanie sendiri kebingungan untuk menghadapi anggota keluarga suaminya.

Stephanie pikir, ibu mertua Vano akan memaksanya untuk menjadi istri sempurna. Namun, ternyata? Dia bahkan lebih mempedulikan Stephanie dibanding menanyakan kabar anaknya sendiri. Hal itu jelas membuat Stephanie mengernyitkan kening, tak mengerti.

Begitu juga dengan Selena yang ikut memeluk Stephanie. Dia menangis, dan berkata, "Aku sangat khawatir, dengan berita yang menjelek-jelekkan Kak Stephanie. Tapi untungnya, sekarang berita itu sudah terhapus. Digantikan dengan berita baru yang sangat membanggakan! Aku tak sabar, menunggu lagu kalian berdua rilis!"

"Meskipun aku sedikit tak suka pada artis bernama Zea itu," ucap Selena sembari menggidikkan bahunya.

Stephanie tak pernah membayangkan akan memiliki keluarga suami yang seperti ini. Dia pikir, dia akan mendapatkan mertua yang jahat karena pekerjaannya sebagai seorang artis kecil. Namun, kenyataannya? Stephanie bahkan disambut layaknya pemilik rumah sendiri.

Vano berkata, "Ibu, aku pamit pergi dulu. Ada beberapa hal yang harus aku kerjakan. Aku titip istriku padamu dan Selena dulu."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss My Boo #Verkwan [Republish]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang