0. Prolog

4.9K 285 29
                                    

Cuaca hari ini cerah dan menyenangkan, langit pun terlihat biru dengan beberapa awan putih yang berkumpul di atas sana.
Namun, ada hal yang sebenarnya tidak menyenangkan sama sekali sedang terjadi sekarang.

Disana, di tengah lapangan, seorang gadis berambut terikat satu dengan poni tipisnya terlihat terengah kelelahan. Keringat bahkan bercucuran hingga seragam olahraganya mulai terasa lembab dan kotor di beberapa bagian.

"T-tunggu... Aku... " Gadis itu mengangkat tangannya, meminta istirahat. Namun orang-orang disana sepertinya tak ada yang mendengar.

"Cepat lemparkan bolanya, Eunchae!"

"Oke! Akan aku lempar!"

Gadis itu hanya bisa pasrah ketika bola berwarna putih itu mulai terarah pada tubuhnya lagi. Dia sudah tak ada tenaga untuk menghindar, jadi kali ini dia harus rela punggungnya terkena hantaman yang kesekian kali dari bola tangan itu.

Sebenarnya dia sendiri tak faham bagaimana peraturan yang benar dari permainan ini, hanya saja jika orang lain yang kena, mereka akan langsung keluar dari permainan. Tapi kenapa, ketika dirinya yang terus terkena bola tak kunjung di keluarkan juga. Tubuhnya sakit, itu tidak bohong. Lemparan para gadis itu cukup keras.

Selain itu, pelajaran olahraga kelas mereka juga sudah berakhir beberapa waktu lalu, tapi entah kenapa teman-temannya masih belum ingin berhenti bermain dengannya.

"Leeseo! Giliranmu!"

"Oke! Chiquita! terima ini!"

Wush~

Buk!

"Aduh!"

Chiquita tak sempat melindungi wajahnya saat bola yang di lemparkan gadis jangkung itu melesat cepat ke arahnya. Karena hal itu dia jadi terjatuh dengan tangan memegangi pipi kiri yang terasa panas.

Eunchae, Leeseo dan Kyujin, mereka adalah teman satu kelas Chiquita. Namun bukannya menolong, mereka bertiga malah menertawakannya seolah apa yang telah mereka lakukan itu adalah hal yang lucu.

Kyujin bahkan kembali mengambil bola yang menggelinding ke kakinya, berniat melempar karena sekarang bagiannya. Namun dia urung melakukan itu karena terganggu oleh kedatangan seseorang.

"Yak! Apa yang sedang kalian lakukan?!"

"Kakaknya datang, ayo kita pergi!"

"Ayo!"

"Cepat lari!"

Ketika seseorang berteriak dari kejauhan, ketiganya serempak berlari pergi meninggalkan Chiquita yang masih terduduk dengan ringisan pelan dari bibirnya. Gadis itu sampai tak sadar teman-temannya pergi dari lapangan.

Gadis berwajah cantik dengan rambut hitam tergerai itu mendekati Chiquita, menatapnya dengan decakan kecil tanpa perlu berjongkok atau membantunya untuk berdiri.

Chiquita yang akhirnya menyadari kehadiran kakak keduanya segera bangkit, mengabaikan wajahnya yang memerah dan penampilannya yang berantakan sekarang.

"U-unnie.. "

"Dasar bodoh. Apa yang kau lakukan, hah?!"

"A-aku... Aku bermain dengan mereka. Tapi.. "

Pharita mendengus, tatapannya menyorot tajam pada adiknya itu. Chiquita tak melanjutkan ucapannya dan memilih diam dengan segera menunduk, takut jika kakaknya semakin marah.

"Rita Unnie! Sedang apa disana?!"

Pharita menoleh pada sumber suara melengking itu, Chiquita juga. Ternyata dia Rami, gadis jangkung yang berlari kecil menghampiri mereka. Melihat kedatangannya, Chiquita kembali menunduk.
Dia semakin gugup sekarang.

IM HERE, UNNIE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang