02. Dumb

2.1K 225 19
                                    

Rora menoleh ke belakang, memperhatikan bangku kosong yang hanya terlihat tas gendong saja di atas kursinya. Keningnya mengerut, heran karena si pemilik bangku tidak ada. Padahal jam pelajaran sudah di mulai.

"Kemana anak itu.. "

"Apa Ra? Kau mengatakan sesuatu?"

Hyein yang duduk di sampingnya bertanya karena mendengar gumaman nya, kemudian ia mengikuti arah tatapan Rora yang tertuju pada bangku Chiquita.

Rora berdehem dan menggeleng.

"Biarlah, aku tidak peduli."

"Tidak biasanya adikmu membolos, Ra,"

Rora menggedikan bahu, acuh.

"Di kelas pun dia hanya tidur."

Hyein menggeleng kecil. "Astaga, begitu pun dia adik kembarmu Rora."

"Sudah aku bilang, aku tidak peduli. Dia bisa mengurus dirinya sendiri kan? Aku saja kerepotan dengan diriku sendiri, apalagi harus mengurus orang lain."

Gadis berambut hitam panjang itu sangat acuh, fokusnya kini pada buku di tangannya. Hyein sekali lagi menggelengkan kepala karena tingkah sahabatnya itu.

Sejak mengenal Rora saat pertama kali masuk sekolah dulu, dia belum tau jika gadis itu memiliki seorang kembaran. Rora tak pernah mengatakannya, dia hanya memberitahu jika memiliki 5 orang kakak. Dia tau jika Chiquita adalah adik Rora pun karena mendengar dari orang lain.

Kebanyakan para saudara memang jarang akur, namun jika kembar, bukankah harusnya mereka dekat?
Secara mereka di kandung dalam rahim yang sama dan lahir bersama ke dunia.

Rora mematahkan argumen tersebut karena nyatanya meski terlahir dalam waktu yang sama, mereka bahkan bisa bertingkah seperti tidak saling mengenal.

Brak!

"Cepat! Pak Namjoon sudah keluar dari ruang guru!"

"Tunggu Iseo! Chae!"

Eunchae, Leeseo tertawa dan lari lebih dulu, meninggalkan Kyujin yang tertinggal di belakang mereka.
Setelah menutup pintu, Kyujin bergegas menyusul para sahabatnya dengan mengomel kesal.

Anak-anak yang sudah berada di kelas sejak tadi hanya memperhatikan mereka karena baru saja membuat kegaduhan. Tidak berani menegur.
Termasuk Hyein dan Rora yang sudah biasa dengan tingkah mereka yang seenaknya itu. Meski menyebalkan, mereka harus tahan.

"Kalian darimana sih?" Teman sebangku Leeseo bertanya dengan nada kesal saat ketiga gadis itu mulai duduk.

"Jahat sekali, tidak mengajakku!" Lanjut gadis berambut pirang sebahu itu.

Leeseo terkekeh dan merangkul bahu Rei. "Mian. Kami habis bersenang-senang sebentar,"

Rei mendengus. "Kenapa tidak mengajakku juga?! Aku bosan sendirian dari tadi, tau."

Leeseo tertawa kecil, kemudian segera menarik kepala Rei untuk dibisikkan sesuatu.
Rei sesekali menatap Eunchae dan Kyujin yang duduk menghadap mereka.

Setelah selesai menceritakan apa yang terjadi, Leeseo kembali duduk dengan benar pada posisinya.
Terlihat Rei yang menggeleng kecil pada temannya itu.

"Lalu sekarang dia bagaimana?"

"Ya terkunci, apa lagi?" Jawab Leeseo santai.

"Paling dia akan kena hukuman ringan karena tidak masuk kelas pak Namjoon. Iyakan, Chae?" Ucap Kyujin yang langsung mendapat anggukan Eunchae.

"Tapi Pak Namjoon itu guru yang galak, bagaimana jika hukumannya berat? Kasihan tau." Rei terlihat keberatan yang membuat Eunchae mengerling malas.

"Jika kasihan, temani saja dia."

IM HERE, UNNIE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang