Waktu, benar-benar sebuah rahasia Tuhan yang penuh misteri.
Dia tidak pernah berhenti apapun yang terjadi.
Melahap setiap momen yang di lewati tanpa peduli.Harusnya keluarga itu merayakan hari bahagia mereka malam ini, namun semuanya lenyap seketika atas kejadian yang tak terduga.
Sama sekali, tidak sedikit pun terbayangkan akan seperti ini jadinya."Andwae... " Pharita menggelengkan kepala, melirih dengan isakan yang tak mau berhenti. Dia tak bisa percaya dengan apa yang tengah di lihatnya sekarang.
Tangannya gemetar hebat, baru saja gadis itu menyingkap kain putih yang menutupi seluruh tubuh adik bungsunya.
Tak kuasa menatap lebih lama tubuh kaku itu, Pharita tiba-tiba terduduk begitu saja dengan tangis yang semakin keras.Jaehyun yang berada di sampingnya juga menangis, ikut merasakan sesak dan sakit yang luar biasa atas kenyataan pahit ini.
Tak ada lagi yang bisa pria itu lakukan untuk membuat Chiquita membuka matanya kembali, dia hanya mampu mendekap tubuh putrinya yang paling besar dengan erat.
"Appa... Chiquita.... Tidak mungkin... " Pharita benar-benar tak bisa menahan diri lagi. Dia sangat kacau.
"Hiks.. Appa... Bangunkan dia.. dia bahkan belum melihat kue ulangtahunnya!"
"Aku mohon... Aku juga belum memberikannya hadiah... Dia pasti sangat menginginkannya... Hiks.. "
"Appa... Chiquita... Hiks .. Appa!"
Jaehyun terisak, tak bisa mengatakan apapun selain meminta maaf pada Pharita dan mengeratkan pelukannya.
Karena sungguh, meski dia harus kuat sebagai kepala keluarga, Ayah mana di dunia ini yang akan tetap baik-baik saja saat mengetahui anaknya meninggal secara tiba-tiba di hari ulangtahunnya, yang harusnya di rayakan penuh suka cita.
Mendengar jika anak-anaknya mengalami kecelakaan, Jaehyun dan Jisoo seakan berhenti bernafas saat itu. Sekarang di tambah fakta menyakitkan ini, rasanya benar-benar hancur.
Chiquita di nyatakan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit, akibat terluka parah pada bagian kepala dan punggungnya. Sementara Rora dan Ruka saat ini berada di ruang ICU karena dalam kondisi kritis.
"Chici.... Sayangnya Unnie."
Ahyeon menutup mulutnya kuat-kuat, tak akan membiarkan isakannya terdengar. Dia tak mau adik kesayangannya itu sedih melihatnya.
"Kamu benar-benar nakal sayang, membuat kami semua menangis... "
Bohong jika Ahyeon baik-baik saja, karena nyatanya dia sangat terpukul.
Tak pernah terbayangkan jika waktu bersama adik kecilnya hari ini adalah untuk yang terakhir kalinya.Asa sesenggukan dalam dekapan Ahyeon, tak sanggup untuk melihat Chiquita yang terbujur kaku di hadapannya. Rami bahkan jatuh tak sadarkan diri, sekarang gadis itu berada di ruangan lain bersama ibunya.
Jaehyun mulai berdiri bersama Pharita setelah sedikit lebih tenang, menguatkan putrinya agar bisa lebih tegar untuk menghadapi Chiquita.
Karena ini adalah terakhir kalinya, mereka bisa melihat si bungsu dengan leluasa sebelum dibawa pulang.Pharita menggigit bibirnya kuat-kuat, mencoba tegar menatap wajah pucat pasti sang adik. Di sentuhnya pipi sedingin es itu dengan perlahan.
"Sayang..., sepertinya Eomma membawamu lebih cepat karena Unnie tidak bisa menjagamu dengan baik ya? Maafkan Unnie ya sayang."
"Unnie juga menyesal belum pernah mengatakannya secara langsung padamu, jika Unnie sangat menyayangimu, Chiquita. Unnie... Menyayangimu. Sangat,"
KAMU SEDANG MEMBACA
IM HERE, UNNIE...
Teen FictionBagaimana rasanya ketika kau ada tapi keberadaan mu tidak pernah di anggap ada? "Unnie, aku disini.... " Chiquita/Canny.