Rora memijat keningnya, dia merasa sakit kepala karena menangis cukup lama hari ini. Di sisinya juga ada Asa yang sedari pagi terus menemani dan menghibur dirinya.
Mereka berdua pun sedang berada di ruang tengah, yang lainnya entah pergi kemana. Setelah turun dari kamar habis tidur siang, mereka tak mendapati siapapun disini.
Sekarang sudah pukul 2, dan Chiquita nampaknya masih beristirahat di kamarnya. Mereka juga belum diizinkan menemui karena tak ingin waktu istirahat gadis itu terganggu.
"Sebaiknya kita makan, Ra. Kau juga harus minum obat." Asa berucap sembari merapikan rambut panjang Rora yang sedikit kusut.
"Nanti dulu Unnie."
"Kenapa? Bukankah kau sudah berjanji akan makan banyak jika Chiquita pulang?"
Rora menatap Asa dengan bibir merengut, dulu dia memang pernah mengatakan hal itu tapi itupun tanpa sadar karena saking sedihnya.
Setelah tau adiknya tidak ditemukan bahkan di katakan sudah meninggal, Rora sampai 2 hari tidak mau makan.Jadi Asa sekarang mengancamnya dengan itu.
"Ayo makan, Unnie akan memasak untukmu."
"Baiklah-baiklah... " Rora malas, tapi dia terpaksa harus menurut.
Asa tersenyum kecil dan mulai bangkit dari duduknya."Ayo, setelah ini kita melihatnya."
"Benarkah? Memangnya boleh?" Rora seketika berbinar mendengar ucapan sang kakak.
"Tentu saja boleh, asal kau makan dulu."
Rora mengangguk semangat, dia bahkan mulai berjalan lebih dulu menuju dapur meninggalkan Asa.
Asa menggeleng pelan dan mengikuti dari belakang.Sebenarnya dia berbohong karena ibu dan ayahnya belum memberi izin, tapi tidak apa-apa karena sekarang mereka sedang pergi keluar ada urusan. Jadi dia bisa melihat Chiquita dan berusaha tidak mengganggunya nanti.
Sementara itu di tempat Chiquita berada, ternyata dia sudah terbangun dari beberapa waktu lalu.
Gadis itu hanya bisa tidur beberapa jam dan saat ini dia tengah menjelajah isi kamarnya.Semuanya bernuansa merah muda, yang katanya warna kesukaannya.
Di dinding juga ada stiker buah Ceri besar dengan ukiran huruf C di tengahnya.Tangan putihnya terulur menyentuh buah merah itu, juga senyuman mulai timbul dari bibir manisnya. Meski tidak ingat apapun, hati kecilnya tetap merasakan kenyamanan ketika berada disana.
Setelah puas memperhatikan bagian mencolok itu, Chiquita beranjak ke meja belajarnya. Disana terdapat beberapa buku dan barang-barang lainnya. Namun yang menarik perhatiannya adalah sebuah foto dalam bingkai kecil.
Dia meraihnya, lalu mulai memperhatikan dengan lekat foto berukuran kecil itu.
"Hm? Katanya mereka semua saudaraku, tapi kenapa di foto ini aku berdiri paling ujung sendiri?"
Gadis itu mengerutkan kening heran, karena di dalam foto itu semua kakaknya berfoto sangat menempel, sedangkan dirinya cukup berjarak sendirian di ujung.
"Apa mungkin aku anak nakal, makanya mereka menjaga jarak?"
Monolognya sembari menyimpan kembali foto itu. Kali ini dia bergerak mendekati lemari pakaian, lalu membukanya satu persatu.
Lagi-lagi keningnya mengerut heran.
"Apa-apaan ini? Kenapa pakaiannya hanya tiga warna?"
Chiquita menjamah beberapa pakaian di lemari yang hampir semuanya berwarna hitam, pink dan putih. Selain itu kebanyakan pakaiannya hanya kaus dan Hoodie, tidak ada yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM HERE, UNNIE...
Teen FictionBagaimana rasanya ketika kau ada tapi keberadaan mu tidak pernah di anggap ada? "Unnie, aku disini.... " Chiquita/Canny.