44. Epilog

2.5K 234 41
                                    

One day before they birthday....
----------------------------------------------------

Pharita tersenyum kecil saat mendekati Chiquita yang tengah fokus menonton televisi bersama Ruka. Dia mengalungkan tangannya pada leher sang adik saat sudah berada tepat di belakang tubuhnya, yang membuat si empunya sedikit terkejut akibat ulahnya.

Ruka hanya melirik sekilas, setelahnya kembali fokus pada tontonan nya. Membiarkan kakak adik itu bermanja-manja di dekatnya.

"Unnie... " Gadis berambut cokelat itu berujar dengan mata menyipit lucu.
Pharita terkekeh, kemudian segera bergerak untuk duduk di sampingnya.

"Kaget ya? Maafkan Unnie, sayang."

Chiquita menggeleng, bibirnya masih manyun seperti anak bebek.
Ketika kakaknya itu sudah duduk di sisinya, ia menyandarkan kepalanya pada bahu sang kakak.
Tangan kanannya memeluk pinggang Pharita.

"Kalian sedang menonton apa sih? Sepertinya seru." Pharita bertanya, melirik Ruka dan adiknya bergantian.
Sejak tadi dia perhatikan, dua gadis itu betah sekali berada di ruang tengah dengan tontonannya.

"Drama Korea lagi?"

"Heem. Judulnya Queen of Tears, Unnie. Dramanya bagus sekali, Ruka Unnie tadi bahkan sempat menangis."

Chiquita yang menjawab karena Ruka sepertinya tidak mendengarkan. Gadis itu hanya melirik sekilas ketika namanya di sebut.

"Preman itu menangis? Ya ampun." Pharita terkekeh, agak menyayangkan karena tidak melihat Ruka saat menangis tadi. Pasalnya Ruka jarang sekali menangis, bisa di sebut langka karena gadis itu hanya menangis di waktu-waktu tertentu.

"Tentang apa itu? Unnie tidak terlalu suka menonton drama soalnya." Ucap Pharita lagi.

Chiquita pun mulai menjelaskan, jika drama tersebut tentang hubungan suami isteri yang merenggang akibat buruknya komunikasi diantara mereka. Dan ketika si isterinya sakit, suaminya kembali bersikap baik.

Pharita menggelengkan kepala, tak percaya mendengarnya.
Tatapannya menatap ke layar besar yang padahal menampilkan sepasang suami isteri yang begitu serasi disana.
Tapi ternyata mereka hanya berpura-pura baik di depan keluarga besarnya.

"Istrinya sakit hati saat tau suaminya berpura-pura mencintainya, padahal aslinya suaminya benar-benar cinta. Hanya saja itu, cara berkomunikasi mereka sangat buruk." Chiquita menghembuskan napas panjang.

"Istrinya menyangka suaminya itu bersikap baik padanya karena dia sakit, dan melakukannya karena terpaksa." Ucapan Chiquita membuat Pharita menutup mulutnya dengan sebelah tangan.

"Astaga, drama sekali. Tapi wajar saja menurutku, istrinya merasa suaminya jahat karena seolah merasa kasihan hanya karena dia sakit."

"Dia pasti berpikir, suaminya baik karena terpaksa oleh keadaan."

Mendengar ucapan kakaknya itu refleks Chiquita terkekeh, membuat Pharita kini menatapnya bingung.

"Kenapa tertawa hm?"

"Tidak. Aku hanya ingat, jika Unnie juga bersikap baik padaku setelah aku sakit dulu. Sebelumnya Unnie bahkan sangat kejam padaku. Hehehe,"

Chiquita mengatakan itu bermaksud bercanda, namun sepertinya dia lupa, jika apa yang baru saja dia katakan itu sangat sensitif bagi Kakaknya.

Ruka yang sedang fokus menonton pun kini mulai menatapnya, karena dia melihat ekspresi wajah Pharita mulai berubah karena ucapan adiknya barusan.

Pharita mengembuskan napas pelan, kemudian bergerak membelai wajah mulus adiknya agar menatapnya.
Chiquita tersenyum dan menatap dalam netra teduh kakaknya.

IM HERE, UNNIE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang