36. The Gift

1.4K 210 22
                                    

Klek~

Chiquita terlihat keluar dari kamar dengan benda berbentuk kubus berukuran kecil di tangannya. Niatnya untuk di berikan pada Rora, namun gadis itu tidak kunjung datang ke kamar mereka bahkan setelah makan malam.

Nampaknya Rora masih enggan untuk menemuinya karena masih marah, saat di meja makan pun gadis itu tak cerewet seperti biasanya.
Asa dan yang lainnya juga tidak berhasil membujuk Rora makanya Chiquita harus berusaha sendiri sekarang.

"Unnie, lihat Rora tidak?"

Chiquita mengajukan pertanyaan ketika tak sengaja berpapasan dengan Ahyeon di lantai dasar. Kakaknya itu mengangguk, lalu menjawab jika dia melihat Rora sedang duduk sendirian di ruang keluarga.

Tak ingin membuang waktu lagi, Chiquita segera pergi setelah berterima kasih pada sang kakak.
Ahyeon tersenyum dan memilih membiarkan, karena mereka berdua memang sedang membutuhkan waktu untuk bersama dan menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Dia yakin, dua adik kembarnya itu pasti bisa kembali seperti biasa.

Sesampainya di ruang keluarga, Chiquita tak langsung menghampiri Rora. Dia memperhatikan kembarannya itu beberapa saat dari belakang, nampaknya disana Rora sedang bersantai sembari bermain ponsel.

Namun uniknya, Rora seakan-akan mengetahui jika di belakangnya ada Chiquita. Tanpa perlu menoleh, gadis itu bicara dengan suara ketus hingga membuat adiknya terkesiap di tempat.

"Berhenti melihatku dari sana, Chiquita."

Chiquita mengerjap, cukup terkejut tentu saja. Padahal dia yakin tidak bersuara dan mengganggu di tempatnya berdiri sekarang.
Rora hebat sekali bisa menyadari keberadaannya dengan mudah.

Kali ini gadis berambut cokelat itu kembali melangkah, dengan yakin dia menuju kembarannya.
Dengan memasang wajah manis juga hadiah yang telah di persiapkan, dia berharap Rora akan luluh dan berhenti kesal padanya.

"Roraaa. Kembaran ku yang cantik ini sedang apa ya?"

Chiquita duduk di samping Rora yang melirik malas, tangan kanannya masih di sembunyikan di belakang tubuh. Meski nampak kesal, dia tak akan menyerah untuk membujuknya.

"Jika kesal seperti ini, Rora ku malah terlihat semakin cantik. Kekeke."

"Dih." Rora mengerling jengah, meski dalam hati sedikit salah tingkah karena Chiquita yang tiba-tiba manis seperti ini. Tentu saja karena ada maunya.

Chiquita tertawa pelan, gemas atas reaksi Rora. Dia jujur, meski Rora sedang marah wajahnya yang menggemaskan membuatnya jadi tidak terlihat galak.

Meksipun ya, jika benar-benar marah Rora cukup mengerikan. Untungnya saat ini Rora hanya sedang dalam mood yang kurang baik gara-gara dirinya.

"Lihat, aku memiliki sesuatu untukmu."

Rora menutup ponselnya, beralih pada benda mungil di tangan Chiquita. Dia mengerutkan kening, penasaran dengan benda yang di bungkus oleh warna biru laut itu. Terlihat lucu dengan stiker kepala panda di atasnya.

Chiquita menarik tangannya ketika Rora akan mengambilnya.

"Jangan di ambil, jika kamu masih marah padaku. Kamu harus memaafkan aku, maka aku akan memberikannya."

"Aku tidak marah."

Rora berdehem, tangan kanannya dia tarik kembali. Mereka masih belum saling bertatapan karena Rora melihat ke arah lain.

"Bohong," keluh Chiquita sembari mengerucutkan bibir.

"Aku tidak marah, Chiquita." Ucap Rora lagi, nada suaranya mulai bersahabat sekarang tidak lagi terdengar ketus.

IM HERE, UNNIE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang