19. Empty

1.9K 275 50
                                    

Slash~

CTAR!

Rora melenguh, tubuhnya mulai menggigil kedinginan hingga tanpa sadar tangan gadis itu mencengkram jaket di tubuhnya mencari kehangatan.
Namun tak mempan, dia tetap merasa kedinginan apalagi hembusan angin dan hujan dari mulut gua langsung menyerangnya.

Suara petir yang keras itu juga baru saja membuatnya terbangun dari tidur nyenyak nya yang entah sejak kapan. Setelah tidur yang cukup di tempat sempit ini, kondisi tubuhnya jadi sedikit membaik.

"Canny... " Gadis itu mencoba bangun lalu memanggil nama adiknya.
Ketika sudah terduduk dan bersandar, Rora tak mendapati Chiquita di sisinya. Padahal dia yakin, sebelumnya adiknya itu berada disana dan menemaninya hingga tertidur.

"Canny? Kau dimana?"

Rora meraba-raba sekitar karena tak bisa melihat dengan jelas dalam gelap, berharap jika adiknya ada disana atau setidaknya tertidur di dekatnya.

Tapi nihil, dia tak bisa menemukannya.
Adiknya tidak ada lagi disini.
Dia, sendirian di dalam gua.

"Chiquita... "

Kali ini gadis itu kembali merapat ke dinding gua, kemudian memeluk kedua lututnya erat karena tubuhnya mendadak tak bertenaga.
Bergumam pelan, dengan mata yang juga tiba-tiba berembun.

"Canny... Benar-benar meninggalkan aku ya?... "

Rora mendadak sedih karena Chiquita telah meninggalkannya.
Padahal dia sendiri yang sebelumnya meminta sang adik agar pergi tanpa dirinya, tapi setelah hal itu terjadi, dia tidak rela.

Tapi kemudian gadis itu menggeleng pelan, mencoba tegar dalam situasi ini. Jaket tebal sang adik dia dekap erat, setidaknya benda itu membuatnya tidak terlalu kedinginan.

"Tapi tidak apa, setidaknya dia akan pulang dengan selamat. Aku sudah pasrah jika harus mati disini. Lagipula, apa yang bisa di harapkan dariku yang penyakitan dan penuh beban ini."

Ucapan Rora sama sekali berbanding terbalik dengan aksinya, sekarang lihatlah, meski dia bicara seolah tegar dan lapang nyatanya gadis itu menangis sekarang. Dia ketakutan.

"Cepat cari kesana!"

"Susuri area ini! Jangan ada yang tertinggal!"

CTAR!

Rora refleks menutup kedua telinganya ketika suara petir menggelegar untuk yang kesekian kalinya. Namun dia cepat-cepat merangkak untuk melihat keluar, karena jika tidak salah dengar, dia merasa ada suara orang di luar sana.

"Ada orang disini Capt!"

Rora menutup kedua matanya rapat-rapat ketika sebuah cahaya terang menyorot wajahnya.
Lalu kemudian terdengar derap langkah yang semakin mendekat padanya.

"Kita berhasil menemukan satu anak lagi, Capt!"

"Cepat keluarkan dia darisana dan bawa ke pemukiman! Dia harus segera di tangani!"

Seorang lelaki dengan seragam oranye membawanya keluar dari dalam gua, Rora hanya bisa diam karena tubuhnya terasa lemas.

Karena mendengar hembusan nafasnya yang tidak normal, salah seorang dari mereka mengeluarkan alat bantu pernapasan dari ransel besarnya dan langsung memasangkannya pada bagian mulut dan hidung Rora.

"Hei nak! Kau dengar aku?! Siapa namamu?!"

"Canny... "

Rora mengerjap, menatap orang-orang asing itu dengan tatapan lemah. Dia mendengarnya, namun bibirnya bergerak malah menyebutkan nama adiknya.

IM HERE, UNNIE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang