13. Hounted House

1.8K 242 30
                                    

Rora mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang, pandangannya tak lepas dari sahabatnya yang saat ini sibuk membereskan barang-barang mereka.

Inginnya membantu, tapi Hyein melarangnya. Jadi dia hanya duduk memperhatikan. Sahabatnya itu sangat perhatian, membuat dia merasa beruntung memiliki teman sebaik dia.

"Rumah ini memiliki tiga kamar, Ra. Dan Chiquita juga tinggal bersama kita. Dia bersama anak kelas lain ada di kamar sebelah," Hyein berucap tanpa perlu melihat ke arah Rora, tangannya cekatan mengeluarkan barang dari dalam tas dan menyusunnya pada lemari kecil yang tersedia.

"Kau bisa melihatnya jika penasaran, sekalian melihat-lihat tempat ini. Aku akan menyusul nanti setelah selesai berbenah."

Rora menggeleng meski Hyein tak akan melihatnya, tanpa pikir panjang dia langsung menolak.

"Aku tidak perlu melakukannya."

"Kenapa?" Kali ini Hyein berbalik, menatap sahabatnya.

Rora tersenyum tipis. "Aku lelah sekarang,"

"Kau lelah? Istirahatlah kalau begitu. Besok pasti kita akan melakukan sesuatu, kau jangan sampai kelelahan."

Rora mengangguk. "Hm."

Sementara itu di kamar sebelah, Chiquita terlihat baru saja menyimpan ponselnya.
Beberapa waktu lalu dia berhubungan dengan kakaknya sangat lama, karena ponselnya sudah panas jadi sambungan telepon mereka terpaksa harus terputus karena khawatir ponselnya akan meledak.

Apalagi di tambah karena amarah Ahyeon yang mengomelinya karena tidak sempat menghubungi ketika tadi sampai kemari. Telinganya bahkan sampai memerah karena ceramah gratis dari sang kakak.

Karena ponselnya juga harus di isi daya, Chiquita bingung harus melakukan apa. Jam masih menunjukkan pukul 8 malam, selain itu teman sekamarnya juga tak kunjung kembali karena sedang pergi ke tempat sahabatnya di rumah lain.

"Hufth... "

Gadis itu akhirnya merebahkan tubuhnya di atas ranjang, menatap langit-langit kamar yang ternyata cukup membuatnya terkejut.
Di atas sana bukan plafon seperti rumah kebanyakan, melainkan terbuat dari ukiran kayu yang indah.

Dia sampai membuka sedikit mulutnya karena takjub akan karya seni indah itu. Tangannya bergerak seolah bisa menyentuh, namun gerakan tangannya terpotong ketika suara pintu kamar di ketuk dari luar.

Dia bergegas bangun untuk membukanya, siapa tau Iroha telah kembali.

Klek~

"Ah, kau sendiri? Kebetulan sekali."

Chiquita mengerjap, tanpa sadar langkahnya mundur. Ternyata bukan teman sekamarnya.

"Ayo ikut aku. Eunchae ingin bertemu denganmu sekarang juga,"

"T-tunggu. A-aku.. "

"Jangan banyak bicara, cepat ikut aku!"

Chiquita meringis ketika Leeseo tiba-tiba menyeretnya dengan mencengkeram erat pergelangan tangannya. Harusnya dia berontak, tapi dia malah pasrah mengikutinya meski tak tau akan kemana.

10 menit berlalu, seseorang memasuki rumah. Dia terlihat senyum-senyum sendiri sembari memperhatikan ponselnya.
Dan ketika memasuki kamar, Iroha mengerutkan kening. Kenapa sangat sunyi?

"Chiquita?"

Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Tak ada siapapun. Teman sekamarnya tidak ada disana.

"Kemana dia?" Iroha bertanya pada diri sendiri, saat menuju ranjang, dia melihat ponsel gadis itu ada di atas nakas yang sedang di isi daya.

Tadi saat dia pergi, gadis itu sedang bertelepon dengan kakaknya. Tapi sekarang dia tak tau kemana perginya. Selain itu, Chiquita juga tak memberitahu apapun sebelumnya. Dan lagi, mereka belum sempat bertukar nomor.

IM HERE, UNNIE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang