14. The Feeling

2.1K 250 48
                                    

Chiquita meringis ketika handuk basah mulai menyentuh wajahnya. Iroha padahal sudah melakukannya sepelan mungkin, tapi tetap saja temannya kesakitan.

"Maaf, aku akan lebih pelan."

"Gwaenchana, tidak terlalu sakit juga kok." Chiquita tersenyum tipis. Sedikit tak enak sebenarnya karena dia harus merepotkan teman sekamarnya saat ini, selain itu mereka juga belum terlalu dekat. Tapi dia bersyukur karena Iroha memang gadis yang baik.

Hyein melirik Rora yang berdiri diam memperhatikan adiknya. Dilihat dari gelagatnya, gadis cantik itu khawatir tapi seperti bingung harus melakukan apa.

"Selain wajahmu, apalagi yang terluka?" Iroha bertanya tak lama kemudian, dia baru selesai memberikan obat merah di beberapa bagian wajah Chiquita.

"Tidak ada Roha, hanya wajahku."

Iroha menatap temannya lekat. "Benarkah?"

Chiquita mengangguk tak lupa dengan senyuman kecilnya.

"Tunggu," Hyein yang sedari tadi tak bersuara mulai angkat bicara, membuat mereka bertiga kini menatap ke arahnya. Gadis itu menatap Chiquita yang menatap bingung.

"Tadi aku lihat kau memegangi perutmu, pasti disana juga terluka kan?"

Chiquita mengerjap, refleks tangannya menyentuh area perutnya.

"Aku tidak--- Ya! Apa yang kau lakukan Rora?!"

Tanpa di duga siapapun, Rora tiba-tiba saja bergerak dan menyingkap kaus putih Chiquita yang kotor itu, membuat area perut gadis itu terlihat jelas sekarang.
Chiquita ingin menghalanginya, namun Rora menatapnya tajam sehingga membuat dia ciut.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, hah?" Rora bertanya penuh penekanan. Sejak tadi tak ada yang berani bertanya, memilih menunggu gadis itu yang mengatakannya sendiri. Tapi ternyata Rora yang melakukannya.

Hyein juga dibuat terkejut oleh tingkah temannya itu, tidak biasanya Rora perhatian pada adiknya. Tapi, itu bagus. Artinya Rora memang tidak membenci Chiquita.

"Lepas Ra."

Chiquita menggeleng, kali ini dia lebih kuat untuk menjauhkan tangan kembarannya agar berhenti menarik pakaiannya. Rora tak tinggal diam, dia mencekal tangan adiknya agar gadis itu menatapnya.

"Lihat aku!" Sentak Rora. Iroha sampai terperanjat mendengarnya.

"Sebaiknya kita keluar, ayo."

"Kenapa?" Beo Iroha pada Hyein. Hyein menggeleng, memilih menarik tangan gadis asing itu agar mengikuti langkahnya. Sekarang dua kakak beradik itu membutuhkan waktu berdua.

Klek~

"Kau tidak mau menjawabku?!"

Chiquita mendongak, menatap sendu kembarannya. Rora saat ini terlihat kesal, mata hitamnya bahkan berkaca-kaca menatapnya.

"Rora.. aku... "

"Siapa yang membuatmu seperti ini? Siapa?! Jawab aku bodoh!"

Chiquita memejamkan mata sejenak, Rora benar-benar marah sekarang. Tapi kali ini berbeda, entah kenapa dia malah merasa senang kembarannya itu marah.

Rora yang sedari tadi berdiri mulai mengambil duduk di pinggir ranjang, kemudian menyingkap kembali kaus adiknya untuk melihat luka yang terdapat disana.
Chiquita membiarkannya kali ini.

Setelah mengusap matanya dengan lengan baju, Rora beralih mengambil kotak p3k yang sebelumnya Iroha gunakan. Kini dia bergerak untuk mengobati adiknya dengan tangannya sendiri.

IM HERE, UNNIE...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang