"Unnie.... Ada yang aneh dengannya. Dia... Dia tidak mengenali kita.. hiks.. "
Pharita memejamkan matanya sejenak, ucapan adiknya barusan membuat dia tiba-tiba sakit kepala.
Yeonjun di sampingnya tak dia pedulikan meski terus bertanya.Dia sendiri merasa ada yang aneh dengan dirinya, entah kenapa mendengar perkataan Rami itu membuat dia mengeluarkan airmata tanpa sadar sekarang.
"D-dia bercanda kan Unnie? Bagaimana mungkin dia tidak mengenal kita... Hiks.. anak nakal itu.. dia bahkan tidak mau bertemu denganku.. hiks..."
Di seberang, Rami terus menangis meski kakaknya tidak menjawab apapun. Bahkan Pharita langsung mengakhiri panggilan dan bergegas berlari mengikuti maps dari ponselnya.
Yeonjun ikut berlari di belakangnya meski dalam hati bertanya-tanya penuh rasa penasaran.
Apalagi ketika melihat gadis itu menangis tanpa suara, dia ikut merasa sedih.
Sepertinya memang telah terjadi sesuatu.Tak memakan waktu lama, setelah 10 menit berlari tanpa henti akhirnya Pharita dan Yeonjun sampai ke tempat Rami dan yang lainnya berada sekarang. Masih dengan peluh yang mengucur deras, Pharita mendekat ke arah adiknya yang masih menangis dalam pelukan Ruka.
Mereka bertiga saat ini berdiri di halaman rumah seseorang yang ternyata cukup jauh dari pemukiman warga yang ramai seperti di tempat sebelumnya.
Yeonjun mendekati Jay dan membawa lelaki itu sedikit menjauh, dia segera meminta adiknya agar mengatakan apa yang sedang terjadi disini.
"Dimana dia? Dimana Chiq--"
Awalnya dia berniat menanyakan dimana Chiquita berada ketika sampai karena dia tak menemukan siapa pun kecuali mereka, namun ketika seorang ibu-ibu keluar dari pintu rumahnya Pharita bergegas mendekatinya.
"Apa... Apa benar adikku berada disini? Chiquita? Dimana dia sekarang?"
"Nak, maaf... "
"Aku Pharita, kakak kandung Chiquita. Aku mohon tolong bawa dia padaku sekarang. Aku harus membawanya pulang segera,"
Wanita paruh baya itu menatap sendu Pharita yang baru saja bicara dengan air mata bercucuran.
Dia iba, namun karena orang yang mereka cari tidak ingin di temui, dia tak bisa berbuat apa-apa.Beberapa waktu lalu, gadis kecil itu datang setelah membeli sesuatu di pasar sembari menangis dan mengatakan ada orang-orang aneh yang mengikutinya. Mereka mengaku adalah keluarganya, dan karena takut gadis itu tak ingin melihat mereka lagi dan sekarang mengunci diri di kamarnya.
"Setidaknya biarkan aku melihatnya... Tolong... Aku harus memastikan jika dia memang masih hidup." Suara Pharita semakin tercekat.
Di tenggorokannya dia merasa ada sesuatu yang mengganjal hingga dia kesulitan mengeluarkan suara.Sudah berhari-hari mereka melakukan pencarian, dan sangat di syukuri jika akhirnya orang yang mereka cari terbukti masih hidup.
Tapi ternyata tidak mudah juga, ada hal yang lebih buruk terjadi diluar prediksi mereka.Melihat Pharita yang menangis di depan si pemilik rumah, Ruka menyusul. Dia bergegas mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan foto mereka bersama Chiquita pada si ibu.
"Jika anda tidak percaya, lihatlah ini. Dia adalah Chiquita, adik kami yang hilang."
"Aku tau nak. Aku percaya kalian,"
Wanita paruh baya itu mengangguk dengan senyuman tipis. Dia tak terlihat tidak percaya atau pun meragukan.
"Jadi namanya Chiquita ya? Nama yang cantik."
Pharita dan Ruka menatap wanita itu tidak mengerti. Rami juga ikut bergabung, dia merangkul kakaknya yang terlihat sedikit pucat.
"Tapi maaf, sepertinya adik kalian masih terkejut. Sekarang dia mengunci diri di kamarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
IM HERE, UNNIE...
Teen FictionBagaimana rasanya ketika kau ada tapi keberadaan mu tidak pernah di anggap ada? "Unnie, aku disini.... " Chiquita/Canny.