Part 8

1.2K 148 5
                                    


***

Jennie termenung kosong di kursi kebesarannya. Ia baru saja menyelesaikan rapat dengan beberapa klien.

Normalnya Jennie akan merasa senang bila jadwalnya selesai lebih cepat dari perkiraan karena itu berarti ia memiliki banyak waktu senggang di mana hal ini sangat jarang terjadi.

Biasanya ia pasti akan menggunakan momen langka ini untuk menghabiskan waktu bersama salah satu atau ketiga saudarinya.

Namun kali ini Jennie seakan enggan untuk pulang ke rumah.

Masih ada perasaan sebal dan marah pada adik bungsunya.

Amarahnya semakin menjadi saat ia membuka ponselnya. Tangan mungilnya tanpa sadar meremas benda mahal di genggamannya itu.

Lihat! Tidak ada satupun!! Jennie ulangi sekali lagi... TIDAK SATUPUN notifikasi dari si bungsu!!!

Hingga jam, menit, dan detik ini, Lisa sama sekali tidak mengirimkan pesan apapun padanya!!

Bahkan jasa telemarketer yang selalu ia abaikan saja masih setia mengirimkan pesan padanya!

Sedangkan anak itu, ia bahkan terakhir mengirimkan pesan padanya sebelum pertemuan mereka di cafe yang tiba-tiba!

Jennie tahu dia sendiri yang berkata bahwa tidak ingin melihat Lisa lagi dengan harapan Lisa akan merengek dan berusaha membujuknya untuk memaafkannya.

Tapi siapa sangka anak itu justru benar-benar menurutinya?!

Ah entah Jennie yang terlalu berharap atau Lisa yang terlalu tidak peka.

Yang jelas apa yang terjadi sekarang tidak sesuai dengan ekspektasinya!

"Kau terlihat seperti orang yang putus cinta Jennie-ya," ucap Sejeong seraya meletakkan beberapa map di meja Jennie.

Gadis bermata kucing itu menatap Sejeong dengan raut tersinggung.

"Memangnya ada apa denganku? Aku baik-baik saja."

"Kalau kau segalau ini karena dia tidak mengirim pesan padamu, kenapa kau tidak memulainya duluan?" Kata Sejeong lagi, sepenuhnya mengabaikan bantahan Jennie. Tangannya bergerak merapikan beberapa benda yang berantakan di samping berkasnya.

"Aku?" Jennie menunjuk dirinya sendiri. "Kenapa harus aku yang memulai di saat dia yang sudah berbuat kesalahan?"

"Lisa memang melakukan kesalahan tapi bukankah dia sudah berkali-kali berusaha meminta maaf padamu?"

"Nee kau benar, tapi---"

"Dan di mataku kau juga melakukan kesalahan padanya. Perkataanmu di cafe sangat kasar."

Jennie terbungkam.

Ia akui saat itu ia memang sedikit berlebihan.

"Bagaimana kalau dia memutuskan untuk kembali ke luar negeri?"

"Ya! Itu tidak mungkin," bantah Jennie cepat.

Benar kan? Lisa tidak mungkin sesakit hati itu karena perkataannya kan?

Jennie menggigit bibirnya saat perkataan Sejeong perlahan terulang di kepalanya.

"Atau lebih parahnya lagi, bagaimana kalau dia pergi?"

Jennie membeku.

Pergi?

Tunggu dulu.

Seharusnya satu kata itu bisa merujuk pada banyak hal. Tapi kenapa Jennie langsung mengartikannya secara negatif?

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang