***Park Haesoo, pria dengan empat putri cantik itu memiliki satu hal yang paling ia benci dan tidak pernah berubah sejak dulu.
Makan malam keluarga.
Tentunya makan malam keluarga ini bukan makan malam bersama istri dan keempat putrinya. Bila makan malamnya seperti itu, tentu saja Haesoo menyukainya.
Tetapi 'makan malam keluarga' ini adalah makan malam bersama dengan kelurga besar mereka, termasuk keluarga dari Park Johyuk, kakaknya.
Bagi Haesoo, makan malam keluarga ini hanyalah ajang bagi kakak pertamanya itu untuk mengadu atau mencari muka pada kedua orangtuanya.
Itulah sebabnya, saat pagi tadi Haesoo menerima undangan makan malam dari hyung nya, moodnya seketika memburuk selama seharian.
Tetapi satu hal yang Haesoo cukup syukuri, hari ini makan malam keluarga itu tidak dihadiri oleh kedua putri kembarnya. Hanya Jihye, Jisoo, dan Jennie yang ikut datang bersamanya.
Lisa harus tetap tinggal di mansion karena sedang sakit, sedangkan Chaeyoung memiliki persiapan terakhir sebelum pentas seni kampusnya besok. Belakangan ini putri ketiganya itu benar-benar sibuk hingga pulang sangat larut.
"Jadi, apakah kita bisa langsung menuju intinya?"
Jengah dengan keterdiaman Johyuk bahkan setelah mereka menghabiskan makanan penutup, Haesoo memutuskan untuk langsung memasuki pokok permasalahan.
Pria yang berstatus sebagai kakaknya itu menatap Haesoo sambil mengelap pelan salah satu sudut bibirnya yang terangkat membentuk seringaian penuh ejekan.
"Kenapa kau sangat terburu-buru, Haesoo-ya? Appa dan eomma bahkan belum selesai dengan makanan mereka."
"Kurasa kau perlu mengganti kacamatamu, hyung," balas Haesoo sambil memutar matanya.
"Wae?"
"Kami semua sudah selesai sejak tadi, bahkan kedua putriku. Kami hanya menunggumu yang diam membisu dengan buah cherry yang tidak kunjung kau habiskan di piringmu itu."
Johyuk terdiam dengan kalimat belak-belakan adiknya itu.
"Apa aku perlu membantumu, samchoon?"
Jujur setelah komentar dari appanya barusan, Jennie hampir saja melepas tawanya. Untung saja ia masih bisa menahan diri.
Namun batas pertahanan dirinya hanya sampai di sana. Ia tidak bisa mengendalikan mulutnya yang lebih dulu melontarkan kalimat itu pada pamannya.
Jennie baru menyadari ucapannya saat Jisoo melemparkan tatapan penuh peringatan padanya.
Ups
"Ah mianhae. Kurasa aku terlalu hanyut dalam pikiranku."
Mengabaikan ucapan keponakannya, Johyuk memasukkan buah cherry itu ke dalama mulutnya dalam sekali suap.
"Aku ingin membicarakan mengenai kejadian di rumah sakit beberapa waktu lalu."
Senyum Jennie seketika digantikan wajah datarnya. Dan Haesoo segera menyadarinya, berhubung Jennie berada tepat di depannya.
Pria itu mengangkat sebelah alisnya dan sedikit melirik singkat pada Jisoo yang terlihat biasa-biasa saja.
"Hyungsik, ceritakan pada harabeoji mu," titah Johyuk pada Hyungsik, putra semata wayangnya.
Pemuda itu tidak lupa melemparkan senyum sinis pada kedua sepupunya sebelum memulai kisahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [On Going]
Fanfiction*** Semuanya terlalu sempurna Terlalu sempurna hingga aku tidak menyadari bahwa kesempurnaan hanya sebuah ilusi sementara yang akan berakhir di satu titik. Aku hanya terlalu naif untuk mempercayai segalanya akan bertahan selamanya *** Start: 03 Febr...