***Lisa menghembuskan nafas lega begitu berhasil menginjakkan kakinya dengan aman di kamar.
Untungnya, orangtua dan unnie nya belum tiba di rumah.
Sore tadi mereka memang meminta izin pada Lisa untuk mengikuti makan malam keluarga.
Untuk pertama kalinya, Lisa bersyukur dengan kondisinya yang sedang tidak sehat sehingga ia bisa lolos dari perjamuan sakral itu.
Sebenarnya Lisa juga merindukan Seonjae dan Munhee, kakek dan neneknya. Tapi kalau harus bertemu dengan keluarga pamannya, terutama Hyungsik, Lisa memilih pamit undur diri.
Ia melirik ponselnya di atas nakas. Ia sengaja meninggalkan benda itu di sana saat keluar tadi.
Mungkin Lisa berpikir terlalu jauh, tapi bagaimana kalau salah satu unnie nya ternyata bisa melacak benda itu? Lisa bergidik ngeri.
Bila membahas masalah tidak mengangkat telfon, Lisa sudah memiliki alibi yang kuat. Ia tinggal mengatakan kalau dirinya sedang tidur. Mudah bukan?
Mengambil posisi berbaring di tempat tidurnya, Lisa memejamkan matanya, berusaha mengusir denyutan di kepalanya.
Ah sepertinya demamnya kembali.
Wajar saja. Bukannya beristirahat di rumah, tepat setelah ditinggal sendirian di mansion, Lisa justru ikut berkeliaran.
Hingga tiba-tiba ia mendapat pesan dari Jungkook bahwa Chaeyoung berada di cafenya. Lisa tidak membuang waktu dan segera meninggalkan segala urusannya untuk menemui kembarannya.
Helaan nafas itu kembali meninggalkan bibirnya.
Masih dengan mata terpejam, Lisa meraba bagian kosong tempat tidurnya yang tertutup selimut, memasukkan jarinya pada celah kecil yang menghubungkan dipan dan kasur empuknya, berusaha mencari botol putih yang selalu ia sembunyikan di sana.
Saat sebutir pil yang ia keluarkan dari botol itu baru saja hinggap di tangannya, getaran ponsel di atas nakasnya mengalihkan perhatian Lisa.
Jisoo unnie?
Lisa membersihkan tenggorokannya, mengatur suaranya agar terdengar seperti orang yang baru saja bangun.
"Hmm?"
Untuk sesaat tidak terdengar sahutan apapun dari Jisoo.
Lisa menarik ponselnya, memastikan panggilan itu masih tersambung.
"Unnie?"
"Kau baru bangun?"
"Hmm. Aku baru saja membuka mataku." Lisa menjawab sambil memainkan butir pil di tangannya. Sesekali menelitinya.
"Pantas saja. Kami mengkhawatirkanmu karena kau tidak menjawab telfon sejak tadi."
"Mianhae." Lisa sedikit merasa bersalah.
Tapi mau bagaimana lagi? Dibanding membiarkan mereka mengetahui satu dari beberapa rahasianya, lebih baik Lisa meninggalkan benda kotak itu di sini.
"Gwenchana," jawab Jisoo kemudian. "Bagaimana keadaanmu?"
"Aku sudah sehat unnie."
"Geure? Unnie akan memastikan ucapanmu saat pulang nanti," tukas Jisoo yang seketika membuat Lisa terduduk seraya mencerna ucapan unnie nya itu.
"Unnie sudah berjanji pada harabeoji. Kalau keadaanmu tidak membaik, unnie sendiri yang akan menyeretmu ke rumah sakit."
Mata hazel itu semakin membulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [On Going]
Fiksi Penggemar*** Semuanya terlalu sempurna Terlalu sempurna hingga aku tidak menyadari bahwa kesempurnaan hanya sebuah ilusi sementara yang akan berakhir di satu titik. Aku hanya terlalu naif untuk mempercayai segalanya akan bertahan selamanya *** Start: 03 Febr...