Part 33

793 134 13
                                    


***

Park Johyuk menatap lembar kecil berwarna hitam putih di tangannya.

Helaan nafas itu terlepas begitu saja dari bibirnya.

Bertahun-tahun telah berlalu tapi bayang-bayang itu tidak pernah berhenti menghantuinya. Datang di setiap mimpi buruknya seolah mendorong Johyuk untuk segera membalaskan dendam.

Semuanya sungguh tidak adil.

Kenapa semesta tidak pernah berpihak padanya dan justru selalu berpihak pada adik laki-lakinya?

Johyuk membenci Haesoo, bahkan hingga ke titik terdalam. Hubungan darah yang mereka miliki sama sekali tidak berarti apapun untuknya.

Pria itu memiliki semuanya, ketenaran, kesuksesan, kasih sayang appa dan eommanya, dan bahkan juga seluruh harta keluarganya.

Lantas mengapa semua itu masih belum cukup? Mengapa semesta harus kembali merebut milik Johyuk hanya untuk kebahagiaan adiknya itu?

Selama bertahun-tahun Johyuk berusaha untuk memahaminya, berusaha untuk menerima alasan mereka. Tapi bahkan hingga detik ini, semuanya masih terasa tidak masuk akal untuknya.

Tangannya terkepal erat seiring dengan amarahnya yang bertambah.

Johyuk menghembuskan nafas kasar sebelum memutuskan untuk mengembalikan secarik kertas yang sedikit terkoyak itu ke dalam laci.

Bertepatan dengan itu, suara ketukan terdengar disusul dengan pintu ruang kerjanya yang terbuka.

"Johyuk-ah, kau belum berangkat?"

Jieun menghampiri suaminya dan mengelus bahunya pelan.

Gerakan sederhana itu berhasil sedikit menenangkan Johyuk. Ia menatap wajah Jieun dari samping dengan tatapan tidak terbaca.

Wanita ini telah menemaninya selama hampir tiga puluh tahun. Melewati masa sulit bersamanya tanpa pernah melontarkan keluhan apapun.

Begaimana bisa?

Wanita itu bisa saja mengeluh, menyalahkan Johyuk atas ketidakmampuannya. Menyalahkan Johyuk yang selalu berada di bawah Haesoo hingga mereka harus menerima apapun dampak dari kekuasaan Haesoo.

Namun Jieun tidak pernah melakukannya.

Padahal Jieun jelas merasakan kehilangan yang sama besarnya dengan dirinya. Bahkan mungkin wanita itu pasti lebih tersakiti melebihi dirinya dan Hyungsik.

Namun bagaimana mungkin Jieun menerima semuanya tanpa menyimpan dendam?

Johyuk tidak pernah sekalipun mendengar Jieun memintanya untuk membalas keluarga Haesoo.

Bahkan di saat Johyuk dan Hyungsik secara terang-terangan membenci keluarga adiknya itu, Jieun justru memperlalukan mereka layaknya keluarga.

Memberikan perhatian pada keponakannya, bahkan Lisa sekalipun.

Terkadang Johyuk masih tidak bisa memahami apa yang dipikirkan oleh istrinya itu.

Apa Jieun sebenarnya seorang malaikat? Entahlah, di titik ini Johyuk mungkin bisa mempercayai bila seseorang membenarkan ucapannya itu.

Bertemu Jieun mungkin adalah satu-satunya hal baik yang semesta berikan padanya.

"Johyuk?" Suara lembut Jieun kembali memasuki pendengarannya.

"Hmm?"

"Kau belum berangkat?" Ulangnya.

"Hmm, sebentar lagi." Johyuk mengelus tangan Jieun.

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang