Part 20

1.4K 144 5
                                    


***

Pertengkaran memang sebuah hal yang tidak jarang terjadi dalam sebuah ikatan persaudaraan.

Sebagai anak sulung, mendamaikan pertengkaran di antara saudaranya adalah salah satu hal yang Jisoo pandang sebagai tanggungjawabnya.

Terlebih lagi karena Jisoo memang tidak senang melihat adik-adiknya bertengkar.

Karena itu, ia berinisiatif menyeret Jennie untuk ikut mencari keberadaan Chaeyoung.

Seperti permintaan appa mereka tadi, mereka harus mencari Chaeyoung dan memastikan gadis itu tidak melewatkan makan siang.

"Unnie, sudah kubilang kau saja yang mencarinya. Aku akan menunggu kalian di cafetaria."

Gerutuan itu sudah berulang kali memasuki indra pendengaran Jisoo. Dan jujur saja, telinganya saat ini sudah terasa panas.

Melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Jennie, Jisoo menghentikan langkah mereka sepenuhnya.

"Ya Park Jennie. Apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?"

Kalimat dingin Jisoo membuat Jennie menelan salivanya dengan gugup. Apa dia sudah menyentuh batas akhir kesabaran unnie nya?

"A-apa yang kau bicarakan unnie?" Meskipun merasa takut, Jennie berusaha terdengar seberani mungkin.

"Sepertinya kau sudah tidak waras hingga bisa bersikap seperti ini pada Chaeyoung. Memangnya kesalahan apa yang sudah dia lakukan?"

Pertanyaan Jisoo kali ini memancing amarah Jennie.

"Apa unnie lupa? Karena siapa Lisa bisa mengalami patah tulang dan cedera kepala? Karena siapa unnie?!" Tantang Jennie yang tanpa sadar telah meninggikan suaranya.

"Ya Park Jennie apa kau pikir Chaeyoung menginginkan hal ini? Apa kau pikir dia senang Lisa mengalami kecelakaan?!" Jisoo pun ikut meninggikan suaranya, tidak ingin mengalah. "Sadarkan dirimu Park Jennie!"

"Pembelaanmu sama sekali tidak membenarkan perbuatannya unnie. Dia memarahi Lisa tanpa mendengar penjelasan! Dan lihat apa akhirnya!"

Jisoo terkekeh sinis dengan jawaban Jennie. Ia bahkan sudah tidak peduli lagi saat mereka kini menarik perhatian beberapa dokter dan perawat yang kebetulan melintasi koridor itu.

"Lalu apa bedanya denganmu?" Jisoo tersenyum miring.

Deg

Tubuh Jennie menegang. Bahkan sebelum Jisoo melanjutkan kalimatnya, Jennie sudah lebih dulu mengetahui apa yang akan Jisoo katakan.

"Apa kau memberinya kesempatan untuk menjelaskan?"

Gadis bermata kucing itu terdiam. Satu per satu kata yang diucapkan Jisoo perlahan memasuki benaknya.

"Sekarang biarkan unnie bertanya padamu," Jisoo menatap Jennie tenang. "Apa menurutmu, Chaeyoung memang patut disalahkan atas kecelakaan Lisa?"

Jennie membuka mulutnya untuk menjawab, namun tidak ada satu kalimatpun yang terlontar dari bibirnya.

Nyatanya, setelah ledakan emosinya barusan, Jennie mulai bisa menjernihkan pikirannya dan memikirkan semuanya.

Bila ia menempatkan dirinya di posisi Chaeyoung kemarin, dengan sikap tempramentalnya, Jennie tidak bisa mengelak bahwa ia akan melakukan hal yang sama dengan Chaeyoung.

Nyatanya keberadaan Kang Hannah seorang saja sudah mampu membuat darah Jennie mendidih. Apalagi bila melihat gadis sialan itu mencoba untuk berbicara dan berada kurang dari satu meter dari Lisa.

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang