***Pagi ini seluruh keluarga Park dibuat pusing dengan tingkah si bungsu.
Bagaimana tidak?
Gadis berponi itu melakukan aksi mogok makan dan berbicara.
Alasannya sederhana. Lisa memaksa mereka semua untuk pulang dan tidak menjaganya selama 24 jam. Ia merasa sudah sangat sehat untuk ditinggalkan seorang diri.
Tidak memiliki pilihan lain untuk menghadapi sikap keras kepala si bungsu, mau tidak mau seluruh keluarga Park akhirnya mengikuti keinginannya.
Itupun setelah Jisoo berjanji akan rutin mengecek kondisi Lisa, berhubung rumah sakit itu adalah tempat kerjanya.
Memikirkan kejadian pagi tadi membuat Jisoo tanpa sadar memijat pangkal hidungnya.
"Kau sepertinya sedang memikirkan banyak hal."
Gadis berbibir hati itu membuka matanya dan menemukan Sohee yang sedang mengisi data pasien melalui komputer di sebelahnya.
"Ini semua karena pasienmu unnie," adu Jisoo. "Selama menjadi dokter, ini pertama kalinya aku melihat pasien yang merasa senang berada di rumah sakit seorang diri tanpa ditemani siapapun."
Sohee terkekeh singkat mendengar ocehan Jisoo.
"Aku memiliki cukup banyak pasien, tapi kurasa kau sedang berbicara mengenai adikmu bukan?"
Jisoo memanyunkan bibirnya. "Memangnya unnie memiliki pasien dengan ciri-ciri seperti itu selain dia?"
"Ani, dia memang berada di peringkat teratas dengan sikap keras kepalanya itu."
"Benarkan?!" Jisoo tanpa sadar memukul meja resepsionis yang menjadi tempatnya bersandar dan bertopang dagu sejak tadi. "Aku tidak tahu darimana anak itu mendapat sikap keras kepalanya."
"Sepertinya memang sudah mengalir di keluargamu. Bukankah Park Jennie juga memiliki sikap yang sama?"
Jisoo tidak bisa membantah pernyataan itu, tapi keningnya berkerut heran. "Tahu dari mana unnie?"
Wanita berjas putih itu mengambil hasil cetakannya dan meminta salah satu perawat untuk menyimpannya di bagian administrasi.
Ia menghampiri Jisoo dan menggandengnya santai. "Temani aku makan di luar nee?"
"Jjangkaman unnie, kau belum menjawabku." Jisoo menahan kakinya hingga Sohee terpaksa ikut berhenti karena tidak bisa menariknya.
Giliran Sohee yang mengerutkan keningnya. "Kenapa itu membuatmu heran? Aku bahkan sudah sering mendengarnya."
Ah benar juga. Jennie memang terkenal dengan image dingin dan keras kepalanya. Apalagi di dunia bisnis.
Apa Jisoo yang berpikir terlalu jauh? Ia bahkan sempat mengira Sohee menyembunyikan sesuatu darinya.
"Geure? Aku hanya penasaran unnie."
Wanita berjas putih itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyum menenangkan. "Sepertinya kau memang sedang banyak pikiran hmm?"
"Mian unnie."
"Gwenchana, karena itu kita harus makan siang untuk mengisi tenaga."
Kedua dokter wanita itu memutuskan untuk makan siang pada salah satu restoran cepat saji yang berada tidak jauh dari rumah sakit.
Perjalanan mereka diisi dengan keheningan. Jisoo tidak masalah karena ia pun sedang berada dalam mood yang kurang baik untuk berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [On Going]
Fanfiction*** Semuanya terlalu sempurna Terlalu sempurna hingga aku tidak menyadari bahwa kesempurnaan hanya sebuah ilusi sementara yang akan berakhir di satu titik. Aku hanya terlalu naif untuk mempercayai segalanya akan bertahan selamanya *** Start: 03 Febr...