***Jisoo dan Jennie tersenyum menatap ponsel mereka masing-masing.
Keduanya puas setelah berhasil menggoda adik bungsu mereka yang ternyata juga sedang makan siang bersama sahabatnya.
Jennie menyimpan ponselnya di atas meja sebelum bersandar lebih dalam di kursinya.
"Aah unnie, aku kenyang sekali," adunya sambil memegang perutnya yang terasa benar-benar penuh.
Jisoo memutar matanya. "Itu salahmu sendiri. Unnie bahkan tidak menyangka kau memesan dua porsi untuk dirimu sendiri. Apa kau berusaha bersaing dengan Chaeyoung?"
Jennie mencebikkan bibirnya sebelum meneguk es jeruknya. Memang ini salahnya sendiri.
Namun di detik selanjutnya, Jisoo hampir saja tersedak saat Jennie tiba-tiba meletakkan gelasnya dengan kasar.
"Jennie-ya, wae geure?"
"Unnie, kenapa dia masih ada di sini?"
Bingung dengan perkataan adiknya itu, Jisoo menoleh ke belakang, tepat ke arah pandang Jennie saat ini.
Ah... Jisoo mengerti.
"Dia memang selalu di sini," jawab Jisoo sambil kembali menyantap makanannya.
"Kenapa? Bagaimana mungkin kau tahan menginjakkan kaki di tempat yang sama dengannya unnie?"
"Mau bagaimana lagi? Dia juga termasuk sebagai keluarga Park."
Keduanya sedang membicarakan Park Hyungsik.
Jennie melipat tangannya di depan dada. Moodnya seketika hancur. "Setelah apa yang hampir terjadi, dia sama sekali tidak pantas dianggap sebagai keluarga Park."
Jisoo meletakkan alat makannya. Mendadak kehilangan selera makan karena perkataan Jennie. Bukannya apa, Jisoo hanya tidak ingin mengingat kejadian itu.
"Geumanhae Jennie."
Gadis bermata kucing itu mengatupkan bibirnya dengan bijak begitu menyadari perubahan mood Jisoo yang memburuk sama sepertinya.
Namun seolah takdir sedang ingin bermain dengan mereka, sosok yang dibicarakan itu justri mendekati meja mereka.
"Jennie, apa itu kau?"
Tanpa seizin keduanya, pemuda berjas putih itu menarik kursi di samping Jennie dan menempatinya begitu saja.
"Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertemu."
Jennie memutar matanya, malas menanggapi basa-basi pria itu yang justru terkesan menjengkelkan untuknya.
"Di mana Chaeyoung? Apa dia tidak ikut kemari?"
Mata kucing itu menatap Jisoo dan Hyungsik secara begantian.
Otaknya mulai bekerja.
Kenapa sejak tadi rasanya Hyungsik terkesan mengabaikan Jisoo? Bahkan ia sama sekali tidak menyapa atau melontarkan satu kalimatpun untuknya.
Ah tapi masa bodoh. Bukankah wajar bila Jisoo juga tidak ingin berkomunikasi dengannya?
Mengabaikan semua pertanyaan Hyungsik, Jennie mulai bangkit berdiri dari kursinya.
"Kajja unnie. Jangan sampai orang-orang melihat kita di meja yang sama dengannya dan menyamakan kita dengannya."
Suara Jennie yang terang-terangan menunjukkan rasa jijik dan ketidaksukaannya berhasil menghapus ekspresi ramah Hyungsik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [On Going]
Fanfiction*** Semuanya terlalu sempurna Terlalu sempurna hingga aku tidak menyadari bahwa kesempurnaan hanya sebuah ilusi sementara yang akan berakhir di satu titik. Aku hanya terlalu naif untuk mempercayai segalanya akan bertahan selamanya *** Start: 03 Febr...