Part 31

874 145 22
                                    


***

Sebuah kebetulan?
Atau sebuah kesengajaan?

***

Suara lonceng di atas pintu yang baru saja terdengar menandakan bahwa seseorang baru saja memasuki cafe bernuansa monokrom itu.

Siang ini, suasana cafe tidak terlalu ramai. Masih ada beberapa meja kosong yang belum terisi.

Mata kucing itu bergerak menyapu sekeliling cafe, berusaha mencari sosok yang mengiriminya pesan sekitar tiga puluh menit lalu.

Pipi mandunya terangkat seiring dengan sebuah senyum lebar yang tercipta di bibirnya.

Itu dia.

Jennie tidak membuang waktu untuk melangkah mendekat. Sepertinya dua orang itu belum menyadari kedatangannya.

Dilihat dari gestur keduanya, sepertinya mereka sedang memperdebatkan sesuatu dengan cukup panas.

"Sudah kubilang aku tidak mau memesan bubur!"

Ketika berjarak tidak lebih dari dua meter, suara itu mulai memasuki indra pendengaran Jennie.

"Kau membantahku?!"

"Nee, aku membantahmu! Memangnya kenapa?!"

"Pokoknya aku tidak ingin mendengar alasan apapun. Kau hanya boleh memesan bubur. Titik!"

Entah karena keduanya tidak peduli, atau memang tidak sadar, tapi suara mereka kian mengeras di setiap kata.

Kini tidak hanya Jennie, tapi beberapa pengunjung cafe itu mulai melirik ke arah mereka.

"Kalau kau begitu ingin memesan bubur, maka pesan saja untuk dirimu sendiri! Tidak usah memaksaku!"

"Mwo? Apa kau tidak ingat dengan janjimu sebelum berangkat tadi!"

Jennie memejamkan matanya, menarik nafas panjang. Ia sedang mempersiapkan mentalnya untuk menjadi penengah di antara dua adiknya.

"Kau berjanji untuk menuruti perkataanku dan Jennie unnie bila eomma mengizinkan kita untuk makan di luar."

Suara Chaeyoung kembali terdengar.

Hanya dari potongan pertengkaran itu, Jennie mulai memahami duduk permasalahannya.

"Aku---"

Ehem!

Sebelum kedua adiknya itu semakin membuatnya malu, Jennie memutuskan untuk menunjukkan keberadaannya.

Benar saja.

Keduanya menoleh ke arahnya secara bersamaan, membuat Jennie harus berusaha menahan senyum melihat tingkah mereka yang begitu kompak walaupun sedang bertengkar sekalipun.

"Jennie unnie?" Chaeyoung membuka mulutnya. "Unnie sudah sampai? Sejak kapan?"

Jennie hanya berdehem singkat sebelum menarik kursi kosong di antara kedua adiknya dan menempatinya.

"Sejak awal perdebatan kalian," tukasnya santai.

Chaeyoung dan Lisa saling melemparkan tatapan satu sama lain.

"Kenapa unnie hanya diam saja?" Chaeyoung penasaran.

"Unnie ingin tahu sampai sejauh mana kalian akan berdebat," jawab Jennie. "Tapi unnie memutuskan untuk turun tangan saat kalian akan diusir."

"Jinjja?!" Chaeyoung membulatkan matanya. "Siapa yang berani mengusir kami, unnie?! Apa dia tidak tahu---"

"Unnie sendiri yang akan menyeretmu keluar bila kau tidak mengecilkan suaramu," desis Jennie sebal.

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang