Part 39

699 140 8
                                    


***
A Coincidence
***

Dentuman musik yang memekakan pendengaran itu selalu saja berhasil menggantikan atau bahkan menghilangkan kebisingan dari dunia nyata yang terasa menyakitkan.

Menjadi candu bagi orang-orang yang datang dan menjadikan tempat itu sebagai pelarian.

Termasuk bagi gadis bersurai hitam yang telah menetap pada salah satu ruang VVIP di sana selama beberapa jam.

Beberapa botol kaca kosong berwarna bening telah memenuhi meja pendek di hadapannya.

Namun seolah belum cukup, jari lentik itu mulai membuka sebuah botol baru, bersiap memenuhi gelas kosongnya dengan cairan cokelat di dalamnya.

"Geumanhae."

Ucapan tegas dengan penuh peringatan itu berhasil menghentikan gerakannya.

Namun hanya untuk beberapa detik.

Karena setelahnya, gadis berbibir hati itu memilih bersikap acuh dan melanjutkan kegiatan awalnya.

Hingga gelas dalam genggamannya itu direbut kasar oleh sebuah tangan lain, berujung menumpahkan beberapa tetes cairan cokelat pada kemeja yang dikenakannya.

"Ya Park Jisoo, apa kau tidak mendengar ucapanku?" Tekan gadis lain di sampingnya, tanpa rasa bersalah setelah menodai kemeja gadis berbibir hati itu.

"Satu gelas lagi, unnie." Jisoo berusaha mengambil gelasnya kembali dari Sohee, namun gadis itu menjauhkannya dengan mudah.

"Kau mengatakan hal yang sama di lima gelas terakhirmu."

"Aku janji ini benar-benar yang terakhir." Jisoo berusaha membujuk.

Namun Sohee sama sekali tidak termakan dengan tatapan memohon di wajah cantik itu. Ia sudah terbiasa menghadapi sikap serupa dari seseorang yang dikenalnya.

Sohee menggeleng sebelum menghabiskan isi gelas Jisoo dalam sekali teguk.

Semua ini bermula di sore hari tadi, saat gadis Park itu tiba-tiba saja meminta Sohee untuk menemaninya.

Hari ini jadwal Sohee selesai di waktu yang sama dengan Jisoo. Sebuah hal yang cukup jarang terjadi.

Karena tidak memiliki rencana atau kegiatan lain, Sohee merasa tidak ada salahnya menerima ajakan Jisoo.

Bila dipikirkan kembali, Sohee bersyukur dengan keputusannya itu. Entah apa yang akan terjadi pada sulung Park itu seandainya ia datang seorang diri di sini dan berakhir dengan keadaan mabuk berat.

Lagi-lagi Sohee menghembuskan nafas panjangnya.

Siapa yang menyangka bahwa seorang Park Jisoo memiliki kebiasaan seperti ini?

Di antara empat bersaudara Park, semua orang jelas tahu bahwa Park Jisoo, putri sulung dari Park Haesoo, memiliki pesona dan image yang mendekati kata sempurna.

Tidak seperti adik pertamanya, Park Jennie, yang lebih dikenal dengan wajah dan aura dinginnya, sulung Park itu selalu menampakkan sikap baik dan penuh kelembutan.

Namun hari ini Sohee menemukan bahwa sesungguhnya Jisoo tidak sesempurna itu.

Saat ini yang berada di hadapannya hanyalah Park Jisoo yang bersikap layaknya manusia normal dengan segala tekanan dan keputusasaannya.

Sohee tidak mampu mengenyahkan pertanyaan yang sejak tadi hadir di kepalanya.

"Kau ini seorang dokter." Sohee memulai. "Bahkan seorang dokter yang hebat," lanjutnya. "Kau seharusnya tahu bagaimana buruknya minuman ini, terlebih bila dikonsumsi secara berlebihan."

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang