***Dongwook menatap punggung Lisa yang menjauh. Ia berusaha melangkah dengan kecepatan yang tepat, menjaga jarak yang pas dari gadis itu, tidak terlalu jauh, namun juga tidak terlalu dekat.
Dongwook tidak bisa berbohong bahwa ia mengagumi gadis di depannya ini.
Bagaimana mungkin Lisa terlihat begitu normal layaknya seseorang yang sangat sehat?
Padahal gadis itu bahkan sebenarnya belum diizinkan untuk keluar dari rumah sakit.
Jangan kira Dongwook tidak tahu bahwa Lisa sebenarnya berniat untuk kabur dari rumah sakit bila tidak ketahuan olehnya.
Kekehan itu terlepas begitu saja dari bibir Dongwook. Untungnya ia bisa mempertahankan ekspresi lugu dan tidak berdosanya saat berinteraksi dengan Lisa sebelum mereka berangkat tadi.
Lagipula Dongwook juga tidak sepenuhnya berbohong. Tuan dan Nyonya Park memang memintanya untuk selalu berjaga di depan kamar rawat Lisa, seandainya gadis itu membutuhkan sesuatu. Tapi mereka tidak mengatakan apapun mengenai mencegah Lisa berkeliaran semaunya.
Tapi kita lihat saja apa yang akan Dongwook hadapi nantinya bila mereka benar-benar ketahuan. Ia akan memikirkannya nanti.
Dongwook menatap sekelilingnya yang dipenuhi remaja seusia Lisa dan Chaeyoung yang berlalu-lalang. Wajar saja. Dia sedang berada di kampus si kembar.
Kalau dipikir lagi, apa Dongwook harus berhati-hati? Ia bisa saja bertemu dengan---
Ia segera membalikkan tubuhnya membelakangi posisi awalnya.
Benar kan? Ia baru saja melihat siluet gadis berambut blonde yang sangat tidak asing.
Dongwook memutuskan untuk berjalan ke arah yang berbeda dengan Lisa.
Mau bagaimana lagi? Ia harus kehilangan jejak gadis berponi itu agar tidak ketahuan oleh Chaeyoung.
Semoga saja selama tidak berada dalam pantauannya, gadis berponi itu tidak melakukan sesuatu yang aneh.
Atau lebih tepatnya melakukan sesuatu yang bisa menjadi masalah bagi mereka.
***
"Kau benar-benar datang?"
Lisa mengabaikan wajah terkejut yang menatapnya ketika ia baru saja menginjakkan kakinya memasuki kelas kosong itu.
Ini masih jam kuliah, tapi sepertinya pemuda itu berhasil menemukan kelas kosong yang bisa mereka jadikan sebagai tempat untuk berbicara.
Lisa memilih untuk duduk di baris belakang, tidak terlalu dekat dari pemuda yang memanggilnya itu.
Setelahnya, ia membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya, berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Nafasnya sedikit sesak.
Terlalu lama beristirahat di rumah sakit sepertinya membuatnya menjadi lemah. Berjalan sedikit saja sudah terasa sangat melelahkan untuknya.
"Unnieku pasti akan bertanya-tanya bila ada yang menjengukku di rumah sakit. Terlebih beberapa pria. Bukankah lebih bagus seperti ini?" Jawab Lisa setelah nafasnya mulai sedikit normal.
Bambam mengangguk kecil mendengar kalimat masuk akal Lisa. "Jadi apa kau sudah membaik?"
"Anggap saja begitu," acuh Lisa. "Apa kita bisa langsung memasuki pembahasan utamanya? Aku tidak bisa berlama-lama di sini."
Sepertinya usaha Lisa untuk menjaga jarak berakhir sia-sia karena setelah melontarkan pertanyaan itu Bambam memutar kursi di depannya lalu menempatinya hingga keduanya kini saling berhadapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [On Going]
Fiksi Penggemar*** Semuanya terlalu sempurna Terlalu sempurna hingga aku tidak menyadari bahwa kesempurnaan hanya sebuah ilusi sementara yang akan berakhir di satu titik. Aku hanya terlalu naif untuk mempercayai segalanya akan bertahan selamanya *** Start: 03 Febr...