***Lisa sering mendengar bahwa segala hal di dunia ini akan berjalan sesuai dengan garis takdir. Tidak peduli sekuat apapun seseorang berusaha untuk melawan, bila takdir berkehendak lain, maka semua perlawanan itu akan sia-sia.
Awalnya Lisa tidak mempercayainya. Tapi semakin hari, Lisa benar-benar merasa bahwa mungkin saja itu benar.
Nyatanya tidak semua perjuangan membuahkan hasil dan tidak semua hasil membutuhkan pengorbanan.
Terkadang, orang-orang terpilih mendapatkan hasil yang mereka inginkan secara spontan tanpa memerlukan perjuangan apapun. Sedangkan sebagian besar orang harus berjuang hingga titik darah penghabisan hanya untuk berada di posisi yang setara dengannya.
Apakah takdir memang setidak adil itu?
Ah... tentu saja tidak.
Sebuah kesalahan bila memandang dunia dan kehidupan dari satu sudut pandang saja. Setiap kelebihan pasti akan diimbangi dengan kekurangan. Dan setiap kekurangan pasti akan diimbangi dengan kelebihan.
Tapi apa Lisa boleh meminta satu permohonan pada takdir?
Apakah takdir boleh mengecualikan keluarganya dari peraturan itu?
Tidak masalah bila Lisa tidak memiliki kelebihan apapun. Tidak masalah bila ia dipenuhi dengan kekurangan.
Tapi sebagai gantinya, apa takdir bisa membiarkan orang-orang yang disayanginya ini terus berada di titik atas roda kehidupan?
Segala pemikiran itu seketika buyar saat suara tepuk tangan riuh memenuhi indra pendengarannya.
Penampilan dari klub musik Chaeyoung berakhir.
Lisa menatap Chaeyoung yang membungkuk hormat bersama dengan anggota klub musik lainnya sebagai penutup. Kembarannya itu terlihat sangat bahagia.
Lisa tahu seberapa cintanya Chaeyoung pada musik.
Sejak dulu, gadis blonde itu memang sudah sering ikut serta sebagai pengisi acara di berbagai event. Mulai dari kecil hingga besar.
Tapi... ini pertama kalinya Lisa menyaksikannya secara langsung.
Dan jujur saja, ia tidak bisa menahan ledakan emosi di hatinya.
Chaeyoung memang selalu dipenuhi dengan kelebihan. Tidak hanya Chaeyoung, tapi kedua unnie nya pun sama.
Tidak seperti dirinya.
Meskipun tidak ada seorangpun yang pernah secara terang-terangan membandingkan mereka, termasuk Haesoo dan Jihye sekalipun, tapi Lisa tahu ada jarak yang jauh bila membahas mengenai hal itu antara dirinya dan ketiga saudarinya.
Terkadang Lisa bahkan berpikir apakah kasih sayang melimpah yang ia peroleh dari keluarganya hanyalah bentuk belas kasihan padanya? Agar ia tidak merasa terlalu rendah?
Apapun itu, Lisa tidak terlalu mempermasalahkannya. Karena yang terpenting adalah mereka menyayanginya.
"Lisa-ya, kau tidak ingin ke belakang panggung?"
Jungkook, pemuda itu seperti biasa tidak pernah lepas dari sisi Lisa. Kali ini pun ia dengan setia berada di samping gadis berponi itu untuk menonton penampilan Chaeyoung.
Padahal sebenarnya, Jungkook memiliki tugas untuk berkeliling memantau kelancaran acara.
"Ani, di sini saja."
"Waeyo? Bukankah kau ingin memberikan bunga itu kepadanya?" Tunjuk Jungkook pada sebuah buket di pangkuan Lisa.
Entah apa yang ada di pikiran Lisa, tapi pagi tadi ia meminta tolong pada Jungkook untuk membeli sebuket bunga kecil untuk Chaeyoung. Bahkan lengkap dengan kartu ucapan yang berisi ungkapan kebanggaannya pada saudara kembarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [On Going]
Fanfiction*** Semuanya terlalu sempurna Terlalu sempurna hingga aku tidak menyadari bahwa kesempurnaan hanya sebuah ilusi sementara yang akan berakhir di satu titik. Aku hanya terlalu naif untuk mempercayai segalanya akan bertahan selamanya *** Start: 03 Febr...