***Park Haesoo telah lama menekuni dunia bisnis. Meskipun awalnya melakukannya dengan terpaksa, tapi lama-kelamaan ia mulai menyukainya.
Pada rentan pengalamannya yang cukup panjang itu, ia seringkali berhadapan dengan berbagai macam tipe pebisnis.
Mulai dari pebisnis bersih hingga pebisnis yang menggunakan berbagai cara untuk mencapai keuntungan.
Tidak jarang Haesoo mendapat masalah dari mereka. Ia harus memutar otaknya ekstra keras untuk menyelesaikannya dengan kepala dingin.
Namun dari semua masalah itu, ada satu hal yang paling dibenci oleh pria Park itu.
Satu hal yang seringakali membuatnya kehilangan sikap baik dan ketenangannya.
Ketika mereka mulai mengusik keluarga berharganya.
"Tuan Park, saya benar-benar meminta maaf sudah membuat anda menunggu."
Sebuah suara yang disertai dengan langkah tergesa menyapa Haesoo yang sedang duduk menunggu pada sebuah sofa.
"Kedatangan anda adalah sebuah kehormatan untuk perusahaan kami."
Seorang pria yang kurang lebih berada di rentan usia yang sama dengannya kini menunduk hormat di hadapannya. Pria itu juga memperlihatkan sebuah senyum lebarnya.
Meskipun berusaha sekeras itu, tapi Haesoo bisa langsung membaca raut ketakutan di balik senyumnya.
Haesoo tidak bisa menahan salah satu sudut bibirnya yang terangkat membentuk senyum sinis yang samar. Ia bahkan belum memulai apapun.
"Izinkan saya memperkenalkan diri lebih dulu. Saya---"
"Tuan Han," potong Haesoo dengan suara datarnya. "Apa menurutmu aku melakukan kunjungan secara acak tanpa mengetahui siapa yang sedang kukunjungi?"
"A-a-ah ge-geure? Su-suatu kehormatan dikenal oleh seorang pengusaha besar seperti anda, Tuan Park."
Pria Park itu bergerak mengambil cangkir kopi yang disediakan di hadapannya seraya memberikan gestur pada Tuan Han untuk duduk.
Siapapun akan merasa aneh bagaimana pemilik perusahaan yang sedang dikunjungi oleh Park Haesoo ini justru terasa seperti seorang tamu dengan Haesoo sebagai tuan rumahnya.
"Kau tidak perlu merasa seperti itu, Tuan Han."
Han Gilnam tersenyum tidak enak pada Haesoo. "Anda terlalu merendah, Tuan Park. Saya---"
"Karena aku mengenalmu bukan dengan alasan yang baik," sela Haesoo. "Jadi tentu saja tidak ada dasar saling menghormati dari kunjungan ini."
Gilnam merasa tertohok mendengar ucapan Haesoo. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Tangannya bahkan mulai terasa dingin.
Meskipun suara Haesoo terdengar sangat tenang, tapi itu justru lebih menakutkan untuknya.
Terelebih karena pria Park itu secara tidak langsung sudah menyatakan bahwa kedatangannya bukan dengan maksud baik.
"Tuan Park, saya---"
"Sepertinya kau cukup pintar hingga bisa menebak maksud perkataanku barusan." Haesoo tersenyum menatap Gilnam.
Pria Han itu bangkit dari duduknya dengan cepat. Tidak ada lagi gunanya berpura-pura.
"Sa-ya--- saya bersalah, Tu-Tuan P-Park. A-am-ampuni saya."
Menelan seluruh harga dirinya, Gilnam kini berlutut di hadapan Haesoo dengan kedua tangannya menyatu penuh permohonan.
Seolah tidak melihat pria di depannya, Haesoo bangkit berdiri dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [On Going]
Fanfiction*** Semuanya terlalu sempurna Terlalu sempurna hingga aku tidak menyadari bahwa kesempurnaan hanya sebuah ilusi sementara yang akan berakhir di satu titik. Aku hanya terlalu naif untuk mempercayai segalanya akan bertahan selamanya *** Start: 03 Febr...