Part 34

787 136 11
                                    


***

Pagi ini keluarga Park terlihat sedang menikmati sarapan bersama. Sebuah hal yang cukup jarang terjadi mengingat kesibukan mereka masing-masing.

Di antara mereka, seorang gadis blonde terlihat sangat berseri-seri dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya

Berbanding terbalik dengan seorang gadis bermata kucing yang memasang wajah cemberutnya.

"Jendeukie, sampai kapan kau akan memanyunkan bibirmu seperti itu?" Jisoo melirik Jennie dengan senyum jahilnya.

"Unnie diam saja," ucap Jennie seraya melemparkan tatapan sinisnya.

Mengabaikan kalimat sinis Jennie, Jisoo kembali mengeluarkan suaranya.

"Apa kau tahu? Unnie pernah bertemu dengan seorang pasien yang wajahnya membeku karena terlalu lama memasang wajah cemberut. Persis sepertimu saat ini."

Kekehan terdengar dari sekeliling meja, berbeda dengan Jennie yang semakin kesal mendengar godaan Jisoo. Ia menekan roti di tangannya guna sedikit melampiaskan emosinya.

Ada alasan mengapa Jennie berada dalam mood yang buruk sejak pagi tadi.

Ia menemukan kedua adik kembarnya sedang tertidur nyenyak di kamar Chaeyoung.

Itu artinya, di antara mereka semua, hanya dirinya yang belum pernah tidur bersama Lisa sejak adik bungsunya itu kembali dari Kanada.

"Tapi ngomong-ngomong, di mana adik kalian?"

Pertanyaan itu dilontarkan oleh Haesoo yang sejak tadi tidak mendapati wajah putri bungsunya. Bahkan ia sudah hampir menghabiskan sarapannya namun gadis berponi itu tidak kunjung datang.

"Aku sudah memanggilnya sebelum turun tadi," jawab Chaeyoung dengan mulut yang sibuk mengunyah makanannya.

"Geure? Jangan-jangan dia belum bangun. Biar eomma saja yang pergi mengeceknya."

Wanita empat anak itu baru saja beranjak berdiri saat suara langkah kaki terdengar mendekat.

Beberapa detik setelahnya, Lisa tampak memasuki ruang makan dan mengeluarkan sapaan singkat untuk masing-masing anggota keluarganya.

Namun ketika kakinya baru saja melangkah menuju kursinya di samping Chaeyoung, Lisa seketika kehilangan keseimbangannya.

Bugh

Lutut berbalut celana trainingnya membentur lantai marmer ruang makan yang dingin, mengejutkan lima anggota keluarga Park yang kini menatapnya dengan mata membulat.

"Lisa!"

Jennie menjadi orang pertama yang menghampiri tubuh adiknya yang masih berada dalam posisi terlungkup.

"Gwenchana?" Jihye ikut mendekat dan berlutut di samping Lisa diikuti oleh Haesoo di belakangnya.

Gadis berponi itu meringis tertahan namun menampakkan senyum polos di bibir tebalnya.

"Aku baik-baik saja."

"Ayo berdiri dulu, nak. Eomma akan mengobati lututmu. Pasti akan memar karena membentur lantai."

Jihye bergerak untuk membantu Lisa berdiri, namun gadis itu tidak beranjak dari posisinya. Bahkan ia menahan tangan Jihye agar tidak membantunya.

"Jjangkaman eomma. Kakiku masih terasa nyeri. Berikan aku waktu lima menit lagi."

Ucapan si bungsu itu berhasil membuat lima pasang mata yang tadinya khawatir berubah menatapnya dengan bingung.

"Ya, apa kau sedang bermain bola dan meminta waktu time out?" Chaeyoung berucap sarkas. "Dibanding di lantai layaknya gelandangan seperti itu, lebih baik kau duduk dengan nyaman dulu di kursi ini." Ia menarik kursi di sampingnya, berniat untuk memudahkan Lisa duduk.

Ephemeral [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang