Elvano itu sempurna.
Semua mahasiswa menyukainya, termasuk Rosie. Gadis itu memandang lekat pada sosok indah didepannya. Tidak ada yang kurang dari pemuda tersebut, wajah tampan, badan atletis, rambut hitam yang dipangkas rapi, tatapan penuh daya pikat, serta senyuman mematikan, ya, dunia rasanya akan terguncang bila Elvan tersenyum.
Manis, dan sangat membuai mata, Rosie betah sekali rasanya.
Kedua remaja itu sedang dalam tahap pendekatan, meski sebenarnya sudah resmi bagi salah satu pihak, mereka sedang melakukan kegiatan normal seperti pasangan pada umumnya, kencan.
Rosie dikenal sebagai mahasiswi aktif yang cukup populer, disayangi banyak dosen, suaranya merdu, baik, terlebih lagi wajah cantik yang menjadi poin utama. Hampir seluruh mahasiswa di kampus tidak rela ketika tahu gadis itu sudah memiliki kekasih, sangat mendadak, apalagi pasangannya Elvan.
Elvan memang disukai banyak orang, namun hanya dalam konteks tampang saja. Berbeda dengan sang kekasih, mahasiswa jurusan IT itu dikenal sebagai orang yang tertutup dan jarang bersosialisasi, beberapa orang sempat blak-blakan menyatakan bahwa pribadi Elvan tidak semenyenangkan wajahnya.
Katanya dia jahat, katanya.
Toh hanya rumor saja, mood Rosie langsung buruk ketika memikirkan rumor tersebut, dia bahkan memalingkan pandangannya dari Elvan karena kesal kekasihnya sering dijelekkan seperti itu.
"Ada apa? Apa aku sudah tidak tampan lagi?" tanya Elvan, tangannya tiba-tiba meraih dagu Rosie agar kembali menatapnya.
Tindakan tersebut seketika membuat Rosie mematung. Sentuhan Elvan sangat lembut namun entah kenapa terasa dingin, disisi lain perasaan senang, ada rasa tak nyaman saat jemari pemuda itu menangkup dagunya, kukunya tajam.
"M—maaf?"
"Hm?" Elvan masih menatap bingung, namun kembali datar karena menunggu jawaban Rosie. "Apa aku benar?"
"M—mana mungkin! Kau sangat tampan, kenapa berpikir begitu?"
"Karena kau memalingkan wajahmu, jadi kupikir kau sudah bosan menatapku, apa jangan-jangan kau ingin meninggalkanku juga?" jawab Elvan pura-pura sedih, perlahan ia menarik tangannya namun segera ditahan oleh Rosie. "Lepas!" Elvan spontan menepis kasar tangan gadis itu hingga membuatnya terkejut.
Elvan melayangkan tatapan tak suka, hanya sebentar, ia kembali menatap Rosie dengan penuh cinta karena melihat ekspresi tegang gadis itu. "Maaf, aku tidak biasa disentuh orang asing,"
"Orang asing?" Rosie tampak tersinggung.
"Maksudku, kita juga baru pertama kali bertemu, kan? Aku akan terbiasa dengan sentuhanmu, tapi untuk sekarang jangan dulu melakukannya, apalagi secara tiba-tiba, untung saja aku tidak mematahkan tanganmu." Rosie merinding. Dia menatap wajah tampan kekasihnya yang terasa aneh bila dilihat terlalu lama.
"Maaf, aku tidak bermaksud kasar, aku hanya tidak suka disentuh, semua orang punya privasi, kan?" ralat Elvan cepat setelah menyadari tatapan kagum Rosie yang langsung sirna karena aksinya barusan.
Tapi kau menyentuhku.
"Ya, hanya aku yang boleh menyentuhmu," lagi-lagi, jawaban Elvan membuat Rosie tersentak kecil. "Apa kau keberatan dengan aturan itu?"
"A—ah? Maaf sudah membuatmu tak nyaman, aku tidak keberatan sama sekali, aku tidak sesensitif dirimu saat disentuh orang, tidak masalah."
Elvan hanya tersenyum tipis. "Siapa saja yang berani menyentuhmu?" Nada bertanya itu terdengar dingin meski dibarengi senyuman.
"Teman-temanku? Keluarga? Ya, lagipula mereka adalah orang dekat, aku juga tau batas."
"Oh ... begitu, mulai saat ini jangan mau disentuh teman-temanmu lagi ya?" jawab Elvan masih dengan senyuman, ia meraih garpu kue disamping piring keramik. "Apalagi laki-laki." tambahnya seraya menancapkan garpu tadi diatas hiasan kue dengan keji. "Kau kan milikku, aku tidak suka berbagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maddest Obsession [COMPLETE]
FanficBagaimana caranya agar Rosie bisa lolos dari sekte pemuja yang dipenuhi orang obsesi? Hanya Elvano yang bisa melindunginya-Rosie agak menyesal.