Rosie terpaksa berjalan kaki dari cafe sampai ke jalan raya. Dia melangkah gelisah sambil sesekali mengecek ponsel, aneh sekali, ojek online sejak tadi menolak orderannya, padahal jaringannya baik-baik saja, data internetnya juga masih banyak.
Dia semakin heran saat melihat beberapa sopir ojol yang tampak terdiam di pohon rindang seperti sedang menunggu orderan, mereka ini kenapa? Apa orderannya terlalu jauh atau bagaimana?
Memilih tidak ambil pusing, gadis itu berhenti mengeluh, pikirannya kembali kalut karena kematian tiba-tiba sang kakak. Rochella, mereka hanya beda setahun dan cukup dekat seperti kakak beradik pada umumnya. Wajah mereka sangat mirip hingga banyak yang mengira kembar identik, sama-sama populer, kakaknya juga sering direbutkan para lelaki.
Meski begitu, mereka tidak sulit dibedakan, rambut Rochella hitam, sedang Rosie blonde, sama-sama cantik, tapi banyak yang mengakui bahwa Rosie lebih mempesona. Gaya Rochella terkesan dewasa serta terbuka, berbeda dengan Rosie yang sering berpenampilan apa adanya, padahal lekuk tubuh gadis sering kali dipuji ideal dan seksi tanpa harus dipertontonkan seperti sang kakak.
Selain itu, pergaulan Rochella lebih luas daripada Rosie, kakaknya jadi jarang pulang karena selalu menginap, dikampus pun selalu bersama teman-temannya, image Rochella sudah dikenal sebagai gadis gampangan, mudah sekali nempel dengan laki-laki, Rosie diam-diam malu sekaligus marah, murid teladan kampus itu tidak terima kakaknya di cerca seperti itu, namun apa boleh buat, mau dibela pun Rosie juga melihat faktanya demikian.
Rochella memang tidak pulang sejak dua hari lalu, katanya sedang menginap dirumah temannya, hanya itu yang Rosie ingat, dan sekarang tiba-tiba pulang membawa kabar duka, Rosie sangat cemas, entah kenapa dia lebih merasa takut daripada sedih, entahlah, ini aneh sekali.
Suara klakson mobil membuyarkan lamunan gadis itu, dia berpaling mendapati sebuah mobil sport berwarna hitam yang sedang berhenti disampingnya.
Si pengemudi menurunkan kaca lalu tersenyum manis, Rosie menatap heran kepada pemuda itu, dia tampan, Rosie mengenalnya, tapi lupa namanya.
"Hallo Rosie, butuh tumpangan?" Suara beratnya menawarkan, Rosie masih diam, berusaha mengingat. "Aku Matheo, lupa ya?"
Astaga! Gadis itu buru-buru tersenyum, pemuda ini adalah kakak tingkatnya namun beda jurusan, dia Ketua BEM di Fakultas Kedokteran.
"Oh—halo Kak Theo, aku agak lupa tadi, sekarang sudah ingat kok." Matheo menatap Rosie tanpa berkedip hingga membuat gadis itu sedikit risih. "Tidak perlu, lagipula gerbang utama sudah dekat, aku naik angkot saja, maaf kak." tolak Rosie sehalus mungkin.
Matheo memang sangat terkenal, dia berada dalam satu circle dengan Jack, dan hal tersebut menjadi alasan kenapa Rosie menolak tawarannya.
"Aku tahu kamu sedang buru-buru, Rochella meninggal, kan?"
Rosie terdiam, apakah kabar kematian Kakaknya sudah tersebar secepat itu?
"Tidak masalah, aku juga mau melayat kok, lagian kamu kan adik kandungnya, masa telat sih di ibadah penghiburan kakakmu? Ayo naik."
Gadis itu masih ragu, dia menatap Matheo dengan gelisah, entah kenapa pemuda ini memang membuatnya tak nyaman sejak awal bertemu, wajahnya terlampau teduh bak manekin, kulitnya sangat pucat, bau tubuhnya wangi, tapi tidak cocok dihidung Rosie, dominan obat-obatan.
"Kamu memangnya tidak takut pulang sendiri? Jack tiba-tiba bisa menculikmu loh, dia itu ... sedikit gila, aku tahu masalah kalian." bujuk Matheo dengan nada menakuti, dia membukakan pintu dari dalam. "Milih diculik atau bareng aku?"
Mendengar nama Jack spontan membuat Rosie langsung naik kedalam mobil Matheo. Jack benar-benar meneror hidupnya sekarang.
Pemuda itu tersenyum saat Rosie sudah duduk disampingnya, gadis ini sangat mudah dipengaruhi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maddest Obsession [COMPLETE]
FanfictionBagaimana caranya agar Rosie bisa lolos dari sekte pemuja yang dipenuhi orang obsesi? Hanya Elvano yang bisa melindunginya-Rosie agak menyesal.