Rosie terbiasa pulang malam dari kampus. Hari ini dia hampir menghabiskan seluruh waktunya di dalam perpustakaan untuk mengejar materi yang tertinggal.
Elvan tidak mengabarinya lagi semenjak kejadian Yoshua.
Mereka berpisah didepan perpustakaan. Dan pemuda itu tidak aktif juga sampai sekarang.
Rosie menghela napas berat kala ia membulatkan tekad untuk pulang sendiri.
Lorong kampus begitu sunyi dan horor ketika Rosie menyusurinya. Gadis itu melangkah cepat dengan bulu kuduk terangkat. Untung saja perpustakaan utama dekat dengan parkiran umum.
Sesampainya di parkiran, suasana begitu sunyi, tapi masih ada beberapa kendaraan dosen dan staf kampus yang terpakir disitu. Hal tersebut membuat Rosie sedikit lega karena tahu ia tidak sungguhan sendiri saat ini.
Meski begitu, jam baru menujukkan pukul delapan, namun sudah serasa seperti tengah malam.
Suasananya terasa dingin mencekam, Rosie tidak lupa bila area parkiran memang cukup rawan akan kejahatan sehingga membuat dia buru-buru mencari letak mobilnya.
Pikirannya seketika dipenuhi wajah Jack. Malam ini, persis seperti saat itu—kala lelaki tersebut menghampirinya dengan seringaian mengerikan.
Entah kenapa dia menjadi panik begini sampai tergesah-gesah mencari kunci mobil, hasilnya, ia tidak mendapatkan barang yang dicari karena terlalu takut.
Meski akhir-akhir ini Jack jarang terlihat dan melancarkan aksi teror, namun perasaan Rosie sekarang terasa sangat aneh dan janggal karena pikirannya yang tiba-tiba mengingat sosok Jack.
Kini gadis itu sadar kenapa ia tidak menemukan kunci mobil yang dicari sehingga membuatnya mengumpat di dalam hati. Pasti tertinggal.
Rosie buru-buru berbalik badan, berharap akan bertemu satpam yang semoga saja bisa menemaninya untuk kembali ke perpustakaan.
Namun, tepat saat itu pula napasnya tersentak. Seseorang sudah berdiri didepannya. Wajah tampan yang berantakan—lebih terlihat seperti seorang pengguna. Netra hitamnya begitu pekat bercampur amarah dan rasa lelah. Dia mengenakan hoodie lusuh yang sangat wangi menyengat hingga mampu membuat Rosie ingin muntah—parfum ini, adalah bau kematian yang sangat menerornya.
"Hai, Love," sapa pemuda itu dengan suara serak seraya menujukkan kunci mobil milik Rosie. "Mencari ini?"
Suara tersebut mengalun bagai kidung kematian yang membuat dada Rosie seketika sesak seolah tercekik.
Ternyata dia tidak berhenti—hanya menghilang.
Jack Salomon.
Stalker obsesif akut yang selalu menjadi sumber mimpi buruk Gadis itu. Sebelum ia berhadapan dengan banyak orang gila seperti sekarang, pemuda tersebut sudah lebih dulu hadir didalam hidupnya.
"J—jack?" Butuh usaha besar bagi Rosie untuk menyebutkan nama itu. Kakinya mundur sampai menabrak pintu mobil. "Kembalikan itu."
"Ah~ senangnya mendengar kau menyebut namaku Love, apa kau merindukanku?" Jack maju perlahan sambil terus memainkan kunci mobil Rosie. Ujung bibirnya terangkat, membentuk seringaian tipis. "Kau pasti merindukanku."
Gadis itu mencoba tenang meski lututnya sudah tidak sanggup lagi untuk berdiri. "Kembalikan Jack, aku lelah dengan semua ini, tolong jangan ganggu aku."
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, kau merindukanku?"
"Hentikan Jack! Berikan kunci mobilku!" teriak Rosie muak, dia berusaha merampas kuncinya dari genggaman pemuda itu namun malah meraih udara kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maddest Obsession [COMPLETE]
FanficBagaimana caranya agar Rosie bisa lolos dari sekte pemuja yang dipenuhi orang obsesi? Hanya Elvano yang bisa melindunginya-Rosie agak menyesal.