Rosie berpikir jika Jeffrey akan melakukan sesuatu yang lebih nekat ketika mereka kembali ke rumah pemuda itu—mengingat aura murkanya diperpustakaan tadi seperti bom yang akan meledak.
Ternyata salah.
Jeffrey hanya mengurungnya sejak siang sampai malam didalam kamar.
Sebenarnya Rosie juga sudah tidak peduli. Pikirannya sangat kacau sekarang karena terlalu patah hati.
Elvan sangat melukainya.
Perkataan Matheo seolah membuat udara disekitarnya semakin menipis. Semakin diingat, dadanya terasa semakin sesak dan sakit.
Tidak mustahil jika ia akan mati perlahan dengan semua tekanan ini. Ambang depresinya telah mencapai batas. Ini tidak normal lagi.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka.
Jeffrey datang dengan sorotan dingin yang spontan melunak kala memandang sang pujaan hati yang termenung lesu diatas ranjang.
Jeffrey ingat betul posisi Rosie saat ia meninggalkan gadis itu, dan sekarang masih sama. Apakah dia sungguhan tidak bergerak sejak tadi? Tangannya bahkan tidak terkekang apapun. Selama perjalanan pulang, jujur saja Jeffrey gelisah jika Rosie masih ingin terus mencoba untuk kabur.
Namun ternyata tidak. Lihatlah dia sekarang, seperti patung menawan yang indah dengan tatapan kosong dan mati.
Hati Jeffrey serasa teriris memandang Rosie-nya menjadi seperti ini.
"Sayang ... " Jeffrey duduk disamping Rosie lalu mulai membelai rambut gadis itu. Raut wajahnya terlihat amat sedih. "Apa kamu sudah makan?"
Rosie tidak berkedip, bergerak saja tidak. Pikirannya benar-benar kosong. Kenapa ia harus mengalami ini semua?
"Rosie ... katakan sesuatu ... "
"Aku sangat lelah Jeff." sahutnya dengan suara bergetar serak. Sakit sekali. Semuanya sangat sakit sekali.
Jeffrey mengangguk lalu berkata, "baiklah, kita tidur sebentar ya? Aku juga sangat merindukanmu. Biarkan aku memelukmu dengan cinta agar perasaanmu bisa membaik."
Rosie hanya bisa pasrah saat Jeffrey menidurkannya diatas tubuh pemuda itu. Posisi ini tanpa sadar membuatnya tersenyum miris—teringat akan momennya bersama Elvan di kamar hotel kota Yokshare beberapa hari lalu.
Elvan lagi. Mengingat pemuda itu sekarang hanya membuat hatinya terasa ditusuk-tusuk tanpa ampun.
Jeffrey tersenyum tipis karena merasa senang dengan sikap pasrah Rosie. Dia terus membelai rambut gadis itu dengan rasa sayang yang tidak terbendung lagi.
"Aku minta maaf karena telah menamparmu tadi pagi. Tolong jangan sedih, aku janji tidak akan melakukannya lagi—lagipula aku melakukan itu karena aku cemburu sayang, kalau aku tidak cemburu, berarti aku tidak mencintaimu."
Tapi cemburumu sudah tidak wajar.
Tak berselang lama, ucapan Jeffrey malah kembali membuat Rosie tersenyum miris—teringat akan kejadian dimana Elvan yang tampak tidak peduli saat ia dibawa oleh Jeffrey tadi.
Tidak ada tanda-tanda cemburu. Apakah Elvan sungguhan sudah tak mencintainya?
Jeffrey mengangkat dagu Rosie agar gadis itu mau mendongak dan menatapnya. "Aku mencintaimu Roseanne, sangat cinta, kau indah, matamu menawan dan begitu memikat, kulitmu halus seperti boneka porselen." pujinya dengan suara lirih, nyaris seperti desahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maddest Obsession [COMPLETE]
FanfictionBagaimana caranya agar Rosie bisa lolos dari sekte pemuja yang dipenuhi orang obsesi? Hanya Elvano yang bisa melindunginya-Rosie agak menyesal.