Rosis terus menangis histeris sambil muntah-muntah.
Elvan malah terkekeh melihat kekasihnya yang baru saja mengalami trauma karena memakan daging manusia.
"Sayang, inilah konsekuensi kalau kamu keras kepala, harusnya kamu paham sekarang dan jangan melawanku lagi."
Rosie menghiraukannya. Dia terlalu kesal akan tingkah sang kekasih yang malah mengejek seperti ini.
Tidak bisakah Elvan bersikap pengertian dan menenangkannya? Dia trauma, dan lelaki itu malah berbicara manipulatif agar dia merasa bersalah.
Memang tidak punya hati.
Rosie kembali muntah, kondisinya sudah sangat kacau dan menyedihkan.
Merasa keadaan Rosie semakin parah, Elvan menghela napas pelan lalu mendekatinya. Dia mengikat rambut gadis itu yang sudah menempel ke kulit wajah karena berkeringat lalu mengusap punggungnya. "Daging manusia itu memang tidak enak, penuh kebohongan, kenajisan, dan banyak dosanya. Aku juga tidak suka kok sayang—cobalah bernapas tenang dan berhenti menangis, kamu hanya menyiksa dirimu kalau seperti ini."
Rosie muntah lagi. Batuknya sampai mentok karena tenggorokan yang sudah sangat sakit mengeluarkan cairan.
"Yaampun—kamu memuntahi kamarku loh sayang—tapi tidak masalah, karena aku mencintaimu, aku anggap cairan ini adalah cairan cinta." Tanpa rasa jijik, Elvan menyeka mulut gadis itu lalu menggendongnya kedalam kamar mandi dengan penuh perhatian.
Rosie terisak pelan, matanya bergetar saat menatap Elvan. "A—aku takut El—"
"Iya sayang, aku tahu kamu trauma, tapi kan sekarang kamu sudah bersamaku, jadi tidak ada lagi yang perlu ditakutkan, oke?" Elvan berhenti sebentar didepan pintu kamar mandi hanya untuk mengecup kening Rosie.
"Ayo sayangku, kita mandi dulu ya, kamu sudah bau muntah, bau Jeffrey, bau Yoshua, dan bau daging—"
"Elvan hentikan!"
Pemuda tersebut terkekeh geli, "iya, iya sayang, sudah ya, ayo bersihkan tubuhmu—atau mau aku mandikan?"
"Keluar!"
"Eh? Kamu membentakku?"
"Keluar Elvannn, aku mau mandi!"
Elvan memutar keran didalam bathtub setelah meletakkan tubuh Rosie kedalam sana. "Jangan lama-lama ya, ini sudah malam, kalau kamu sakit nanti kamu mati—aku tidak pernah merawat orang sakit soalnya."
"Keluar saja!"
"Iya tuan puteri—puteri muntah-muntah, mandi yang benar ya, aku tidak mau memeluk tubuh bau muntah sebentar malam—"
Rosie tanpa diduga melemparkan sabun kepada Elvan. Dia terlampau kesal sampai lupa jika sedang menyerang seorang pembunuh berantai saat ini.
"Baiklah aku akan keluar, nanti kamu malah muntah ditubuhku lagi—"
Pintu tertutup bersamaan dengan handuk yang melayang.
Elvan tertawa pelan sembari melangkah pelan memutari kasur untuk memeriksa bekas muntahan Rosie.
Dia mulai berpikir untuk menyewa William agar bisa membersihkan bekas muntahan ini.
Kan dia pembunuh bayaran, harusnya dia bisa membersihkan semua jejak meski itu bukan tindak kejahatan—termasuk bekas muntahan.
"Hei, aku ini pembunuh bayaran, bukan cleaning service, enak saja kau menyewa ku hanya untuk membersihkan cairan menjijikan—"
"Cairan ini tidak menjijikan, ini milik Rosie, kubunuh kau kalau berani menghinanya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maddest Obsession [COMPLETE]
FanfictionBagaimana caranya agar Rosie bisa lolos dari sekte pemuja yang dipenuhi orang obsesi? Hanya Elvano yang bisa melindunginya-Rosie agak menyesal.