Aku tidak punya siapapun sekarang selain dia.
Elvano Dahmer.
Pemuda tampan yang dibenci sekaligus dikagumi semasa kuliah dulu. Reputasinya buruk dan sering menjadi bulan-bulanan mahasiswa untuk difitnah.
Aku mengakui bahwa aku sangat bodoh, aku bodoh karena bisa mencintainya sampai membuatku terjerumus dalam kehidupan yang mengerikan hingga harus kehilangan segalanya.
Segalanya.
Orang-orang mungkin bingung kenapa aku bisa bertahan sampai saat ini, aku sendiri tidak tahu. Semua yang sudah kualami benar-benar berada diluar akal sehat.
Tapi aku mencintainya.
Rasa cintaku pada Elvan yang mungkin mampu membuatku bertahan.
Dia mungkin jahat, dia pembunuh, dia keji, sadis, tidak punya hati, keturunan iblis—atau apapun itu.
Tapi dia tidak begitu kepadaku. Dia berubah menjadi pemuda apa adanya dan mungkin kelewat tolol karena sudah terlalu buta cinta, jujur saja hal itu kadang-kadang merepotkan sekaligus mengerikan.
Bagaimanapun juga, sejahat apapun dia, Elvan tetap manusia. Dan aku berhasil membuatnya merasakan cinta.
Elvano Dahmer benar-benar jatuh cinta.
Aku tidak menyangka bisa memenangkan hati iblis ini. Tapi kurasa ini sepadan. Semua orang sering mengira bila aku itu sepenuhnya baik. Ya, aku memang baik.
Namun bersama Elvan, sisi burukku lebih banyak muncul. Roseanne Blair sebenarnya tidak sebaik itu. Aku egois dan sombong, aku butuh perhatian dan tidak suka kalah.
Tidak ada manusia yang seratus persen murni berhati malaikat.
Dan mungkin ini adalah karmaku.
Aku ingin mendapatkan Elvan dulu, padahal aku tahu jika Lisa menyukainya. Benar kata Elvan, dahulu aku tidak mencintainya dengan tulus karena aku hanya ingin mengencani pemuda-pemuda yang sulit ditaklukkan sepertinya, jangan lupa Yoshua.
Mengingat Yoshua, aku masih sedih dengan semua yang sudah terjadi. Jujur saja rasa sukaku padanya mungkin perlahan akan menjadi rasa cinta yang tulus dan sempurna jika saja Elvan tidak pernah muncul dihadapanku.
Tapi semuanya malah menjadi boomerang. Rencanaku untuk disanjung karena berhasil menaklukkan mahasiswa tampan dengan image buruk itu malah membuat sifat egoisku muncul. Aku lebih sering memikirkan diri sendiri karena hanyut dalam peenyesalam dan ketakutan, tapi disisi lain, aku tetap bergantung padanya karena dia selalu memberiku perlakuan manis dan lembut.
Aku butuh cintanya karena aku memang menyukai hal itu. Dia sangat lembut dan intens ketika benar-benar ingin berdua.
Elvano berhasil membuat diriku menjadi apa adanya ketika bersama.
Mungkin hanya itu keuntungan dari hubungan kami—bisa saling melengkapi kekurangan yang jujur saja tidak normal—lebih kepada Elvan.
Memangnya kalian sanggup mengimbangi pasangan seorang pembunuh mengerikan sepertinya? Tidak, kan? Hanya aku yang bisa.
Aku sedikit tenang karena ternyata akhir dari semua ini tidak terlalu buruk. Keluargaku sudah tidak ada, tapi aku tidak masalah, lagipula lainkali mereka memang tidak berguna. Mereka tidak pernah memperlakukanku seperti yang Elvan lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maddest Obsession [COMPLETE]
FanficBagaimana caranya agar Rosie bisa lolos dari sekte pemuja yang dipenuhi orang obsesi? Hanya Elvano yang bisa melindunginya-Rosie agak menyesal.