Denial

1K 149 37
                                    

Hubungan Rosie dan Elvan telah tersebar keseluruh penjuru kampus bak virus mematikan.

Dan baru saja ia tampak bersama didepan umum dengan Jeffrey.

Sepertinya gosip kampus satu minggu kedepan hanya akan membicarakan tentang dirinya. Rosie memang sudah terbiasa dijadikan objek pemberitaan selama ini.

Hanya saja pembicaraannya sekarang dipenuhi gosip negatif yang membuat gadis itu semakin stres.

Kakinya melangkah lesu ke dalam kelas. Beberapa orang sudah tampak duduk didalam sana dengan urusan masing-masing, dan kedatangannya tentu segera menjadi perhatian.

"Pagi Rosie!" Gadis itu hanya tersenyum paksa lalu menoleh ke mejanya yang sedang diduduki oleh sang teman dan beberapa gadis kenalannya. Dua sampai tiga diantara mereka menatap tak suka akan kedatangannya.

"Hallo Rosie, senang kamu masuk lagi."

"Turut berduka ya."

"Kamu suram sekali, pasti sangat berat, tetap semangat Rosie"

Begitulan kalimat-kalimat pujian dan dukungan yang selalu terlontarkan sejak dulu kepadanya. Awalnya Rosie begitu senang menjadi kesayangan dan perhatian semua orang, namun, lama-kelamaan semua itu terasa palsu dan memuakkan.

Rosie langsung duduk disamping Lisa tanpa mempedulikan tatapan sinis dari gadis-gadis lain yang sedang berbicara dengan temannya itu.

"Halo Rosie, kau baik-baik saja?" Lisa menoleh padanya. Raut wajahnya terlihat khawatir. "Apa ... kau baik-baik saja dengan Elvan?"

Pertanyaan tersebut seketika membuat Rosie melirik tajam kepada Lisa. "Memangnya aku dan dia kenapa?"

"Ah—tidak, maksudku—maaf jika kau tersinggung tapi aku hanya mengira kalau dia telah melakukan sesuatu padamu. Kau sangat berubah pagi ini Rosie—kau tidak aktif selama tiga hari aku khawatir—"

"Bilang saja langsung kalau Elvan memang tidak beres Lisa." potong Jisya yang sedaritadi begitu sensi akan keberadaan Rosie. "Kenapa kau? Apakah kebahagiaanmu sudah direbut Elvan? Apa kau sudah menyesal karena tahu dia itu jahat? Tcih, kau pantas mendapatkannya—kasihan sekali."

Rosie tak menjawab, dia malas berdebat.

"Karena sudah tahu kebusukan Elvan sekarang kau ingi caper lagi pada Darren huh? Oh tidak—bahkan dua orang—tak kusangka kau mau menarik Jeffrey juga ke dalam masalah mu yang berbahaya." Gadis itu spontan menatap Jennie sedikit jengkel. "Tega sekali kau mendekati Jeffrey padahal kau tahu Lisa itu sedang dekat dengannya."

Lisa tertunduk kaku mendengar hal tersebut.

"Jangan pikir karena kau kesayangan kampus dan kami mau juga melakukan itu. Kau keterlaluan—bila sudah mendapatkan Elvan jangan dekati lelaki lain! Terima saja karmanya salah sendiri keras kepala!" Irene ikut membentak.

"Aku masih memaklumimu karena aku tahu Darren itu menyukaimu meski fakta tersebut membuatku sakit hati—tapi aku tidak mau dia terluka karena aku menyakitimu. Namun lama-kelamaan kau semakin tidak tahu diri—kau pikir kecantikanmu itu bisa bertahan terus—jika aku muak aku bisa saja mencelakaimu—"

Mendengar kecaman Jisya seketika membuat emosi Rosie membuncah. Ia menggebrak meja lalu berdiri dengan mata berkilat-kilat menatap gadis itu.

"Kau berisik sekali seperti anjing liar yang tidak punya majikan. Kau tidak mendapatkan Darren maka jangan menyalahkanku sialan! Kau pikir aku takut padamu? Jika kau tidak bisa diam maka aku—"

"Apa? Kau mau melaporkanku pada kekasihmu? Dan dia akan membunuhku—oh menakutkan—silahkan—"

"Aku yang akan membunuhmu." Tangan Rosie tiba-tiba mencengkeram pipi Jisya dengan nada intimidasi yang begitu menakutkan.

The Maddest Obsession [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang