Pecandu dan candunya

863 132 92
                                    

Dibawa oleh Yoshua tidak serta-merta membuat Rosie tenang.

Mereka berhenti didepan UKS lama yang tampak sangat sunyi bahkan sudah tidak ada jadwal penjaganya lagi.

Yoshua menatap Rosie dengan seksama. Dia benar-benar berantakan, matanya kemerahan, kulitnya pucat pasi seperti mayat—kontras dengan warna bibir yang semerah darah sekarang akibat perisa permen yang baru selesai pemuda itu hisap.

Rosie merinding. Dia hampir ragu jika Yoshua ini manusia.

Pasalnya, mana ada manusia dengan kulit sepucat itu, warna urat tubuhnya bahkan bisa terlihat dengan jelas.

Yoshua masih menatap Rosie tanpa berkedip, matanya terus memandang gadis itu dari atas sampai bawah—begitu terus sampai Rosie berdehem tidak nyaman.

Pandangannya begitu aneh menurut Rosie, bukan seperti orang mesum, namun tampak lebih mirip seperti orang kelaparan—maksudnya yang benar-benar kelaparan.

"K—kenapa kamu menatapku seperti itu?"

Yoshua lantas menghentikan tingkahnya. Dia kembali memandang normal pada pupil mata Rosie yang terus bergetar sejak tadi.

"Maaf—tapi aku tidak berbohong saat mengatakan tubuh benar-benar indah—aku sampai tidak nafsu makan—rupanya kamu memang pas dijadikan pasangan hidup—" Yoshua tiba-tiba maju mendekatinya dengan pandangan ingin memiliki. "Apa yang kau lakukan Rosie? Kenapa kau bisa membuatku dan Elvan sampai seperti ini?"

Rosie semakin takut. Dia mematung saat tangan Yoshua meremas lengannya kuat sekali.

"S—sakit ... "

Yoshua lantas melepaskannya lalu mengambil jarak cukup jauh. Tingkahnya berubah lagi menjadi dingin dan kesal.

"Ck, merepotkan sekali, kau hampir diperkosa Jeffrey kan tadi?"

Rosie tak menjawab, dia malah tertunduk karena kebingungan dengan sifat Yoshua—tidak bisa ditebak, tadi menyakitinya, sekarang malah menjauh.

"Kenapa kau tidak melawan—benar-benar mau diperkosa ya? Harusnya kamu dorong saja dia agar otaknya geger karena tergelinding di tangga—ck, gadis tolol—kau ini benar-benar beda dengan Rochella."

Rosie lantas menatap tidak terima. "Aku melawannya tadi! Tapi dia itu sungguhan gila!"

Yoshua tak menggubris, dia masih menatap jengkel dan risih. Sungguh, pemuda ini tidak bisa ditebak sama sama sekali.

"Kembalikan jaketku nanti—meski kurasa mustahil, kekasihmu pasti akan langsung membakarnya—katakan padanya untuk berterimakasih kepadaku." Yoshua menyentil dahi Rosie lalu hendak beranjak pergi. "Jangan dungu lagi kalau sedang ditempat sepi—" Wajah Yoshua berhenti tepat disamping telinga Rosie. "Bunuh saja jika memang terdesak."

Rosie terdiam. Entah kenapa pemuda ini membuatnya merasakan sesuatu yang sangat tidak jelas, dia aneh—namun anehnya sungguh penuh dengan tanda tanya.

"Tunggu!" Entah apa yang Rosie pikirkan, dia benar-benar berhasil dibuat linglung.

Langkah Yoshua terhenti, dia kembali menatap Rosie dengan pandangan mati.

"K—kau pernah mengatakan kalau Rochella masih hidup—" Rosie bertanya dengan napas yang boros, dadanya sangat berat karena harus menatap mata mati milik Yoshua, mengerikan sekali. "D—dimana kakakku?"

Yoshua terdiam cukup lama, dan hal itu membuat Rosie semakin ketakutan.

Bibirnya tiba-tiba menyunggingkan seringaian lebar. "Ya, kalau kataku sih dia memang masih hidup," Yoshua melipat tangannya didepan dada seraya terkekeh pelan, "tapi kamu yakin percaya padaku?"

The Maddest Obsession [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang