Tembakan terjadi berulang kali, namun tidak ada suara gaduh yang terdengar. Pistol Elvan selalu memiliki peredam.
Elvan mengerang marah karena sasarannya yang selama ini jarang sekali meleset tidak berlaku bagi Yoshua. Pemuda itu memang ahli menghindar dalam jarak dekat.
"Persetan!" raung Elvan murka karena kehabisan peluru. Yoshua tertawa puas.
Elvan melemparkan pistolnya, tidak peduli. Dia masih punya tangan dan kaki, Yoshua akan melihat alasan kenapa Dahmer sangat ditakuti sekarang.
Yoshua berlari cepat ketempat duduknya tadi untuk mengambil pisau lipatnya.
"Kau akan membunuhku dengan pisau lipat dan berkarat? Itu penghinaan besar bagiku Yoshua." Elvan tertawa lirih saat melihat hal itu.
"Bilang saja kau takut." Yoshua mendecih, ucapannya berbeda dengan pikirannya. Dia tahu jika melawan Elvan tidak akan cukup dengan hanya sebuah pisau lipat.
Dan itu membuatnya kesal. Kenapa keparat ini sulit sekali mati?
Badan Yoshua kembali gatal—reaksi spontan jika dia merasa sangat terganggu dan muak.
Elvano Dahmer telah sukses mengusiknya.
Kini Yoshua bertransformasi menjadi salah seorang yang paling berbahaya di Yokshare. Midnight Myres.
Merasa tersinggung dengan respon Elvan, Yoshua pun menancapkan mata pisau itu diatas meja sembari meremas gagangnya. Tatapannya dingin menghunus seperti mayat hidup. "Aku akan membunuhmu dengan tanganku brengsek."
__
Perkataan Matheo telah sukses mengganggu pikiran Rosie, dan sekarang dia malah dibawa oleh Jeffrey.
Trauma penculikan yang dilakukan Jeffrey kembali menghantui. Rosie sontak berhenti dan menendang perut pemuda itu dengan lututnya.
"Argh! Rosie—apa-apaan kau—" Jeffrey terkejut, dia melepaskan tangan gadis itu dan tersandar didinding sembari memegang perutnya. Tidak menyangka bila tendangan Rosie akan sesakit ini.
Gadis itu sudah sangat marah sekarang.
"Berhentilah menggangguku! Kalian semua!" teriak Rosie muak. Dia mundur perlahan dengan deru napas kasar.
Jeffrey menatap marah kepadanya, pemuda itu kembali mendekat hingga spontan membuat Rosie lari sekencang mungkin. "Berhenti kabur dariku sayang!"
Lari Rosie bertambah cepat sampai napasnya terengah-engah. Dia mencari jalan untuk sampai ke aula melewati lorong samping. Namun sayangnya hal itu sangat mudah ditebak, Jeffrey mengambil jalan lain dengan berlari dari jembatan pada lantai atas sehingga ia lebih dulu sampai didepan lorong, dia menunggu Rosie diujung tangga.
"Sudah cukup main-mainnya, kamu memang bagusnya dirantai saja." Jeffrey mendekat dengan kedua tangan melebar sedikit, ingin sekali mendekap Rosie. Bibirnya menyunggingkan senyuman aneh, terkesan kecewa dan muak.
Rosie mundur terus, setiap tarikan napasnya terasa berat seolah-olah oksigen disekitarnya telah menipis.
Jaraknya dan Jeffrey semakin dekat, gadis itu berbalik dan kembali melarikan diri sembari berteriak. "BERHENTILAH MENGGANGGUKU!!!"
Jeffrey terdiam sesaat memandangi Rosie menjauh. Senyumannya memudar. Mimiknya mendadak tegang, sangat tidak suka dengan hal ini.
Saat jaraknya dan Rosie sudah terlampau jauh, Jeffrey kembali mengejar. "Kenapa kau terus lari sayang? Kamu telah mencuri hatiku, mana bisa aku membiarkanmu kabur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Maddest Obsession [COMPLETE]
FanfictionBagaimana caranya agar Rosie bisa lolos dari sekte pemuja yang dipenuhi orang obsesi? Hanya Elvano yang bisa melindunginya-Rosie agak menyesal.