Kembali kepada kekasih jahat

723 140 23
                                    

Mikha menyusul Rosie dengan panik.

Gadis itu tampak sedang berjongkok seraya menangis disamping gerbang besar. Mikha diam sebentar untuk membiarkan gadis itu menumpahkan rasa sedihnya.

Cukup lama. Pisau ditangannya terjatuh, Mikha mengambil barang itu secepat mungkin lalu membuangnya ke semak-semak.

Rosie lantas menoleh dengan wajah berantakan.

"Sudah?"

Gadis itu spontan membuang muka. Dia tidak bisa berpikir jernih sekarang, dia bahkan tidak peduli jika darah yang mengalir dari tangannya masih bercucuran.

Mikha menarik paksa gadis itu lalu mengikatkan sebuah sapu tangan untuk menghentikan pendarahan tersebut.

Rosie hanya diam dengan tatapan kosong.

Setelah selesai, Mikha mengusap punggung tangannya cukup lama, dia menatap kasihan pada gadis itu, tangannya tiba-tiba berpindah menghapus air mata Rosie.

"Semua ini akan berlalu, kau pasti kuat Rosie."

"Tidak." sahut Rosie apa adanya. Gadis itu kembali menangis. Astaga, ini sakit sekali, dia sudah tidak punya siapa-siapa sekarang. Tidak ada. "Mikha—"

"Kau masih punya aku," Mikha tiba-tiba memeluknya dengan prihatin, dia kemudian melanjutkan dengan ragu, "dan ... Elvan, kau masih punya kami."

Rosie hanya diam. Dia muak kepada semuanya sekarang. Tapi bayangan wajah Elvan yang sedang menangis tadi sungguh mengusik hatinya.

Elvan tidak pernah menangis. Dia tahu itu, psikopat sepertinya pasti sudah tidak punya perasaan untuk mendorong air matanya keluar.

Tapi tadi berbeda, Elvan tampak sangat kesakitan. Hanya karena dirinya terluka.

Dia bingung harus bagaimana. Disisi lain Rosie masih kecewa dengan apa yang sudah Elvan lakukan, perselingkuhan itu masih belum jelas.

Entah kenapa pikirannya tiba-tiba menjadi benci sekali kepada Rochella.

Elvan hanya miliknya.

"Ayo kita pergi darisini—"

"Aku belum mau bertemu Rochella."

"Kau mau kemana kalau begitu?"

Rosie memandang lekat kepada Mikha. Dia enggan percaya pada orang saat ini, tapi pemuda itu tampak sangat bisa diandalkan sekarang. "Aku ... akan ikut denganmu, tolong bawa aku kemanapun ... "

Mikha terdiam. Entah kenapa raut wajahnya terlihat gelisah bercampur kasihan dan ragu setelah melihat ekspresi putus asa Rosie.

"Kamu ... tidak mau pulang saja?"

"Kamu tidak mau membawaku?"

Mikha melirik mobilnya sebentar, dia kemudian menggeleng kaku lalu buru-buru menjelaskan, "tidak, maksudku—kamu sungguhan mau ikut denganku?"

Rosie lantas terdiam. Kenapa Mikha jadi begini? Apakah pemuda itu sudah merasa terbeban? Ya, lagipula dia hanya gadis sebatang kara sekarang, Mikha mungkin sudah tidak membutuhkannya.

"Yasudah kalau kamu tidak mau membawaku—"

"Bukan begitu Rosie—maafkan aku."

"Jadi?"

Mikha malah bertanya, "apa kau masih marah pada Elvan?"

Rosie hanya diam. Namun kepalan tangannya menjelaskan semuanya.

"Rosie?"

"Aku tidak mau membahasnya—sekarang jawab, kau mau membawaku atau tidak?" Rosie bertanya balik dengan tatapan dingin.

The Maddest Obsession [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang