92. Special Space 🍒

345 46 9
                                    

Langit biru terlihat begitu cerah ditambah dengan angin sejuk yang berhembus syahdu, mentari hari ini bersinar dengan terang tetapi tidak menyengat rasa panasnya. Kali ini berbeda dengan sebelumnya. Banyak pelayat yang datang dan ikut menghantarkan Jhonny ketempat peristirahatan terakhirnya. Wijaya bersaudara telah berjanji tak akan menanggis karena itu adalah perjanjian mereka dengan ayah mereka dulu. Meskipun jujur rasanya hari ini lebih menyakitkan dibandingkan sebelumnya, mereka telah kehilangan sebagian semesta mereka lagi. Tetapi kali ini mereka sudah dilatih Daddy untuk menjadi orang yang lebih kuat dan menerima segala sesuatu yang kemungkinan terjadi kapanpun, termasuk hal ini. Kehilangan orang yang mereka sayangi lebih dari apapun

'Nanti, kalau waktunya tiba dan Daddy sudah tidak bersama kalian, tolong jangan menanggis terlalu banyak. Karena jika itu terjadi maka Daddy sudah bahagia bertemu dengan Mommy juga adik kalian, kalian bisakan ikut berbahagia karena Daddy bertemu Mommy? Daddy mohon yaa, Daddy tidak ingin isak tangis kalian memberatkan langkah Daddy, Daddy juga teramat rindu dengan Mommy. Kalian harus menjadi yang lebih kuat. Tidak bersama di dunia bukan bersrti tidak bisa bersama lagi, Daddy sama Mommy selalu menunggu kalian di rumah Tuhan yang indah itu'

Banyak hal yang Jhonny ungkapkan setiap harinya dan hal permintaa itu salah satunya, mereka memang menyanggupi meskipun masih ada rasa sedih dan rindu tapi mereka tahu bahwa lelaki hebat itu akan bertemu dengan belahan jiwanya ditempat yang lebih indah dibandingkan dengan dunia ini. Mereka tidak ingin memberatkan langkah lelaki hebat itu.

Matt memimpin prosesi pemakaman dibantu oleh Ryo yang sigap disamping Matt dan melakukan semua prosesi dengan baik. Matt tersenyum bangga, keturunan mereka sudah bisa diandalkan bahkan saat mengangkat peti mati para cucu Jhonny ikut serta dan mengambil alih barisan depan. Jhonny harus bangga melihat hal ini, lelaki itu berhasil mendidik tujuh pangeranya menjadi lelaki yang baik dan berbakti kepada orang tua mereka dan sekarang tujuh pangeran itu menjadi raja di keluarga mereka.

Banyak doa yang tulus mereka kirimkan, perasan mereka tentu dipenuhi rasa duka dan berkabung yang mendalam. Kini peri mati itu telah tertutup sempurna didalam tanah. Air mata mereka luruh tapi disembunyikan oleh mereka begitu juga dengan saudara Jhonny yaitu Dian dan Jeffrey. Dua orang itu begitu diam dengan air mata yang sesekali runtuh. Matt juga pernah merasakan bagaimana hancurnya hati saat kehilang saudaranya kandungnya dan sekarang ia melihat saudar ayahnya itu berdiri terpaku.

"Daddy"

Gadis cantik dengan rambut kecoklatan baru saja tiba setelah melakukan perjalanan panjang. Putri Dian itu begitu terpukul kehilangan salah satu Daddy tercintanya. Jhonny, lelaki itu mengapa begitu hebat! buktinya saja banyak yang berduka kehilanganya termasuk si kecil yang kini dewasa Aciel Elios Wijaya. Tangisan Ciel pecah disaat itu juga, gadis yang dulu begitu Jhonny kasihi telah menginjak usia dewasa dan baru saja kembali dari negara france karena menyelesaikan pendidikannya dan siapa sangka saat ia pulang, kabar duka yang ia dapatkan. Ciel adalah putri sulung Dian dan Dania. Gadis itu menanggis didepan pusara Jhonny. Daddy favorite nya.

"Daddy—kenapa pergi? katanya mau liat Ciel nikah.... Daddy Ciel sudah mau nikah tapi Daddy pergi....hiksss....Daddy nggk boleh pergi dulu, Ciel mau sama Daddy" tangisan itu pecah

Chand mendekati adik sepupunya itu dan memeluknya erat. "Dek, sudah ya--Kasian Daddy kalau liat kamu nanggis, katanya kamu sayangkan sama Daddy, biarin Daddy ya dek, Daddy harus kerumah Tuhan." Chand mencoba membujuk wanita cantik itu.

Matt mendekat memeluk Ciel dari samping. "Adek, kami juga sedih kehilangan Daddy, tapi Daddy bilang kita nggak boleh nanggis banyak-banyak. Apalagi kamu, kalau nanggis pasti nanti demam, mau Daddy marah ke kamu?" tegur Matt secara pelan dan penuh kasih sayang dengan adik perempuannya.

Ciel masih belum bisa, ia masih terisak begitu memilukan. Sulit memang saat terpisah jauh saja Ciel selalu menghubungi Jhonny dan mengatakan bahwa ia begitu merindukan sosok lelaki itu.

Aleen yang sejak tadi menggendong putrinya itu perlahan menutunkan sang anak dan ikut mendekati Ciel, selain Jhonny, Aleen adalah orang yang bisa mengendalikan wanita cantik itu. "Dek, Ciel sayang--kamu pasti sayang banget ya sama Daddy--of course meskipun kamu nggk jawab kaka tau kok, tapi sekarang itu Daddy udah pindah ke syurga Ciel sama Kaka sama Abang juga sama Papa aja. Nanti kita juga bisa ngumpul sama Daddy lagi" titur Aleen penuh lemah lembut seraya menghapus jejak air mata Ciel dan merapikan rambut wanita itu.

Ciel menghentikan tangisannya dan memeluk Aleen. "Adek sayang Daddy, semoga Kaka Aleen panjang umur dan sehat selalu, Ciel belum siap kalau kehilangan yang lainnya apalagi Kaka" ucap Ciel penuh pengharapan yang tulus. Dibelakang sana ada Violetta yang tersenyum bangga kepada suaminya itu.

Memakan waktu dua jam kini prosesi pemakaman telah berakhir. Satu persatu mulai meninggalkan tempat bersemayamnya Jhonny kecuali si Ryo, Cucu pertama keluarga Wijaya.

"Grandpa yang tenang disana, jangan khawatirkan tentang Daddy, Ayah, Papa. Ryo janji akan selalu jaga mereka dan menemani mereka. Sekarang tugas Grandpa Ryo yang ambil, meskipun belum sempurna tapi Ryo janji akan mengusahakan yang terbaik buat mereka, semua putranya Grandpa. Kami sayang Grandpa, sayang sekali" lirih remaja tampan yang beranjak dewasa itu.

"Ryoooo"

"Nanti Ryo mampir lagi ya Grandpa, udah di panggil sama Mama--See you Grandpa sayang" ucap Ryo yang perlahan menjauhi rumah baru grandpanya itu.
..
...
....

Mansion mewah dan besar itu kini terasa begitu sunyi, setiap keluarga yang datang langsung masuk kedalam kamar mereka masing-masing. Ryo menjadi orang yang terakhir dan berdiri ditengah ruangan. Ia amati lamat-lamat bahkan ia tersenyum ke arah figuran kakeknya yang terpampang begitu berwibawa di dinding rumah itu. Ryo menoleh kesampingnya saat merasakan tangan kananya di genggam dan di usap dengan lembut. "Kenapa masih disini? besok kita masih banyak kegiatan, masuk kamar terus istirahat" titah Ryo penuh kelembutan.

"Aku mau sama Abang dulu, kalau abang istirahat baru aku istirahat juga"

Ryo tersenyum simpul ia memeluk pundak sempit gadis yang kini menyandarkan kepalanya itu di pundak kokoh Ryo. "Nia...Abang senang sekali punya adik seperti Nia, maaf kalau abang kadang marah sama Nia, tapi Nia harus tau bahwa Nia adalah adik pertama yang paling abang sayang." ucap Ryo.

"Aku juga sayang abang, sayang sekali" Jawab Nia penuh dengan kasih sayang yang luas dengan lelaki yang bernama Ryo itu.

"Asik banget manja-manjaan sama Abang, nggak ngajaak kami nih" ucap Niel yang baru saja tiba dengan saudara sepupunya yang lain.

Para cucu Wijaya itu saling melempar senyum dan berdiri ditengah ruangan yangbbegitu luas. Biarlah saat ini mereka memberikan waktu untuk orang tua mereka bersedih. Karena seperti yang diceritakan Grandpa mereka bahwa para orang tua mereka telah melalui banyak hal termasuk yang terjadi hari ini.

"Kata Grandpa, kehidupan itu terus berjalan meskipun orang terkasih pergi dan tak kembali" ucap Mark

"Grandpa juga mengajarkan kita untuk menghargai setiap moment yang terjadi karena hal itu tak bisa di ulang lagi" sahut Niel

"Seperti yang selalu di bilang Ayah, bahwa Grandpa adalah orang yang begitu hebat" sambung Javie yang ikut bergabung.

"Granpa hebat karena berhasil mendidik orang tua kita menajdi orang yang baik dan penuh kasih sayang." ucap Ryo final. Lalu mereka saling memeluk satu sama lain.

...
.....
.......
TAMAT
Sekian Terima Kasih ❤️

Wijaya's Univers |Nct Dream ft Johnny| NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang